Rekam Penanganan Sampah di TPA Ciangir, LPM Gemercik Universitas Siliwangi Terbitkan Majalah Edisi ke-7

gemercik universitas siliwangi
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Gemercik Universitas Siliwangi meluncurkan majalah edisi ke-7 dengan topik utama pengelolaan sampah di TPA Ciangir dan dampaknya. Jumat 13 Desember 2024. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Gemercik Universitas Siliwangi kembali menghadirkan karya jurnalistiknya dengan menerbitkan majalah edisi ke-7. Pada edisi kali ini, mereka mengangkat fokus utama mengenai penanganan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Pemimpin Redaksi Gemercik Media, Putri Nurhasna Irani, menjelaskan bahwa edisi terbaru ini bukan hanya sekadar laporan jurnalistik, tetapi juga sebuah respons atas isu pencemaran lingkungan yang belakangan semakin disorot di Kota Tasikmalaya.

“Majalah ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap persoalan lingkungan yang kian hari semakin mendesak. Penanganan sampah di TPA Ciangir menjadi topik utama karena dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar,” ujar Putri kepada Radar, Jumat 13 Desember 2024.

Mengupas Tuntas Masalah Lingkungan di Ciangir

Baca Juga:Koperasi SB Sekarat, Uang Rp 90 Juta Tak Tahu KemanaAnggota DPRD Kota Tasik Ini Sebut Kebijakan Kenaikan Gaji Guru Dinilai Masih Kurang Fair!

Dalam majalah ini, LPM Gemercik menyajikan laporan mendalam mengenai bagaimana pengelolaan sampah di TPA Ciangir, termasuk hambatan yang dihadapi oleh pihak pengelola dan pemerintah daerah. Artikel-artikel di dalamnya juga membahas dampak lingkungan yang diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang kurang optimal, seperti pencemaran tanah, air, dan udara.

“TPA Ciangir yang berada di Kecamatan Tamansari terletak di kawasan yang padat penduduk. Tidak dapat dipungkiri jika sampah yang berada di TPA Ciangir memberikan dampak buruk terhadap masyarakat. Dampak tersebut dapat berupa bau tidak sedap, pencemaran tanah dan air, kesehatan masyarakat di sekitar hingga merusak ekosistem alam,” jelasnya.

“Beberapa bulan yang lalu gunung sampah tersebut pernah mengalami longsor karena posisi sampah yang menggunung. Risiko kejadian serupa di masa depan tetap ada jika pengelolaan tidak dilakukan dengan baik,” lanjut Putri menerangkan.

Selain itu, majalah ini juga memuat cerita dari warga sekitar TPA yang merasakan langsung dampak buruk dari penanganan sampah yang tidak memadai. Mereka mengungkapkan kekhawatiran terhadap kesehatan dan kualitas hidup yang terus menurun akibat pencemaran tersebut.

Menurut Putri, penerbitan edisi ini sekaligus menjadi tanggapan terhadap isu pencemaran lingkungan yang sedang hangat diperbincangkan, khususnya di wilayah Tasikmalaya.

0 Komentar