Sudah 45 Hari Pencemaran Air di Tamansari Kota Tasikmalaya Berlarut

pencemaran air di tamansari kota tasikmalaya
Warga Sinargalih mengambil sampel air parit yang biasa mengalir ke sumur dan lahan pertanian warga. Air itu biasa mereka gunakan untuk MCK. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

Beberapa Kepala Dinas bahkan sempat berkumpul dalam Forum Tata Ruang, guna membahas perizinan pabrik tersebut. Namun belum terlihat para pejabat ini berembuk untuk menangani masalah lingkungan ini secara serius.

Akademisi, aktivis lingkungan, ahli hukum, hingga warga sudah mengemukakan pendapatnya. Ragam kebijakan sudah ditampilkan. Tapi, pemerintah tetap tak berani mengambil tindakan tegas karena alasan regulasi yang belum jelas.

Kendati demikian, harapan warga yang jadi korban pencemaran hanya satu. Mereka tak ingin kejadian seperti itu terus berulang. Warga pun bingung apa yang harus mereka lakukan. Apakah mengetes airnya sendiri atau menerima saja menggunakan air yang tidak pernah terlihat jernih dan bersih lagi itu.

Baca Juga:7 Aplikasi Berbasis AI yang Cocok untuk Edit Video dengan Cepat dan MudahUBK Tasikmalaya Edukasi Remaja tentang Pencegahan Kanker Serviks

“Kita ya pakai sumur di sini. Kalau yang berada mungkin bisa beli galon tiap hari. Tapi yang kurang berada, ya terpaksa pakai ini tidak ada lagi. Ya karena itu, kita sama-sama tahu ini dari mana. Tapi kalau keluar dari mulut kami seolah menuduh. Ya kalau boleh air di sumur-sumur kita ini dicek apakah layak atau enggak. Mudah-mudahan ada jalan keluar,” kata Wawan seorang warga Kampung Sinargalih.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga Kelurahan Tamansari kembali mengeluhkan gatal-gatal pada tubuh mereka, terutama di area punggung hingga dekat area vital. Gejala ini diduga akibat penggunaan air sumur yang tercemar. Warga biasa menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan memasak.

Menurut Umar, salah satu warga, gejala gatal-gatal mulai dirasakan olehnya dan anggota keluarga lain dalam beberapa minggu terakhir. “Awalnya kami kira cuma iritasi biasa, tapi makin lama, ruam dan gatalnya semakin parah. Hampir semua tetangga di sini mengalami hal yang sama,” ujarnya saat ditemui Radar, Selasa 5 Desember 2024.

Warga menduga pencemaran air sumur ini berasal dari limbah TPA Ciangir serta aktivitas industri di Pabrik Daur Ulang Plastik, yang lokasinya tak jauh dari pemukiman. Namun, hingga kini, belum ada uji laboratorium untuk memastikan kualitas air yang mereka gunakan.

Menurut dia, kondisi itu sudah berlangsung cukup lama, terutama sejak air sumur yang mereka gunakan mengalami perubahan warna akibat pencemaran.

0 Komentar