Peningkatan IPM Jadi PR “Pemenang” Pilkada Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Pangandaran

Pemenang pilkada 2024, indeks pembangunan manusia ipm, visi misi program pasangan calon
Narasumber, penanggap dan peserta Diskusi Publik yang diinisiasi Perkumpulan Inisiatif mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Studio Radar Tv, Sabtu (9/11/2024)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi para pasangan calon di Pilkada. Supaya visi misi yang dirancang bisa selaras dengan kebutuhan dan efektif dalam hal anggaran.

Dalm diskusi publik yang diinisiasi Perkumpulan Partisipatif, dibahas juga korelasi potret IPM daerah-daerah di Priangan Timur dengan kontestasi Pilkada Kota Tasikmalaya. Siapa pun yang terpilih sebagai kepala daerah, maka harus bisa membuat IPM lebih baik dari saat ini.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Departemen Produktivitas Daerah pada Perkumpulan Inisiati Nandang Suherman memaparkan kondisi nilai IPM daerah-daerah di wilayah Priangan Timur. Di mana rata-rata angkanya mengalami pertumbuhan setiap tahunnya sejak 2019 sampai 2023.

Baca Juga:Pengurus Masjid, Ulama dan Ponpes Bisa Bantu Gerakan Penanganan Sampah, Asal Armada Pemkot Tasikmalaya SiapJumlah Surat Suara Pilkada Kota Tasikmalaya Belum Sesuai Kebutuhan, KPU Bakal Ajukan Lagi

Tercatat di tahun 2023 IPM untuk Kota Tasikmalaya termasuk paling tinggi di angka 75,74, lalu Kota Banjar 74,45, Ciamis 73,12, Pangandaran 70,57 dan terakhir Kabupaten Tasikmalaya di angka 69,38.

Bukan hanya soal peningkatan ya, namun juga dalam penerapan strategi penganggarannya supaya bisa rasional dengan kemampuan anggara. Juga supaya bisa dilaksanakan dengan anggaran yang efektif dan efisien alias tidak boros.

Pengamat politik pemerintahan Asep M Tamam menilai bahwa IPM berdampak pda daya kritis masyarakat. Tasikmalaya dengan IPM rendah berdampak pada minimnya daya kritis dari masyarakat.

Bahkan ada aktivis yang berdiskusi dengannya menganalisa bahwa Pilkada Kabupaten Tasikmalaya akan terjadi chaos. Kendati demikian, walau oun gesekan ada namun sejauh ini dia melihat tidak ada indikator kuat yang mengarah pada prediksi tersebut. “Saya mencari variabelnya tidak ketemu,” ujarnya.

Beda halnya dengan situasi di Kota Tasikmalaya yang IPM-nya lebih tinggi dan dia melihat nalar kritisnya pun kuat. Hanya saja di masa Pilkada, sisi pragmatisme lebih kuat dari daya kritis. “Kota Tasik memiliki daya kritis yang kawin dengan pragmatisme,” ucapnya.

Terlepas dari itu, menurutnya kondisi IPM saat ini seharusnya dipahami oleh pasangan calon dan tim pemenangannya. Supaya visi misi dan programnya bisa secara efektif meningkatkan IPM. “Ini lho potret sosial yanv akan menjadi PR siapa yg terpilih di pilkada,” ucapnya.

0 Komentar