Budaya Literasi di Kota Tasikmalaya Masih Rendah, Apa yang Harus Dilakukan?

Budaya literasi di Kota Tasikmalaya
Dua orang Duta Baca Kota Tasikmalaya membaca buku di Perpustakaan Daerah pada Senin 11 November 2024. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Rendahnya minat kunjungan ke perpustakaan dan minimnya pemanfaatan perpustakaan keliling di Kota Tasikmalaya menunjukkan budaya literasi di Kota Tasikmalaya masih perlu perhatian serius.

Data dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispusida) Kota Tasikmalaya hingga September 2024, menunjukkan total kunjungan ke Perpustakaan Daerah sebanyak 13.413 orang, dengan proyeksi mencapai 20.215 orang di akhir tahun, mendekati jumlah total tahun 2023.

Namun, jumlah kunjungan ini tidak serta-merta menjadi tolok ukur minat baca masyarakat. Duta Baca Kota Tasikmalaya, Sayyid Muhamad Ridho, menekankan bahwa budaya membaca harus dibangun lebih luas dan menyentuh semua lapisan masyarakat.

Baca Juga:Wujudkan Masyarakat Peduli KB, Dosen UBK Gelar Pengabdian kepada MasyarakatMan 1 Tasikmalaya Sabet Gelar Juara Umum POSMA Tingkat Kabupaten Tahun 2024

Menurutnya, meskipun teknologi dan akses pendidikan meningkat, kebiasaan membaca yang berkualitas belum tumbuh signifikan.

“Peningkatan literasi itu bertahap, mulai dari membaca, menulis, hingga mampu mengimplementasikan isi bacaan. Sayangnya, saat ini banyak yang hanya sampai pada tahap membaca,” ujar Sayyid kepada Radar, Senin 11 November 2024.

Hal serupa disampaikan Sari Anthika Muthmainnah, Duta Baca lainnya, yang menyoroti bahwa kunjungan perpustakaan hanya mencapai 11 persen dari total jumlah masyarakat. Itu pun mayoritas dari mereka datang untuk kebutuhan akademik, bukan membaca rutin.

“Stereotip bahwa perpustakaan hanya untuk tugas akhir membuat banyak orang tidak melihat perpustakaan sebagai sarana membaca rutin. Padahal, masyarakat bisa membaca di mana saja, termasuk di rumah atau secara digital,” jelas Sari.

Keduanya telah melakukan berbagai program untuk meningkatkan budaya literasi, termasuk mengunjungi sekolah-sekolah dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Namun, tantangan muncul dari minimnya koleksi buku di sekolah serta keterbatasan dukungan dari beberapa pihak yang cenderung fokus pada keuntungan.

Sayyid dan Sari akan mewakili Kota Tasikmalaya dalam ajang Duta Baca Provinsi Jawa Barat pada Desember mendatang, dengan program-program yang mereka harapkan dapat mendobrak budaya literasi, termasuk memperkenalkan pendekatan literasi berbasis keluarga.

“Keluarga adalah fondasi literasi pertama. Program seperti Duta Baca Goes to School tidak hanya menyasar sekolah formal, tetapi juga SLB dan panti asuhan,” kata Sayyid, yang berharap dukungan dari berbagai pihak untuk mendorong minat baca di masyarakat. (Ayu Sabrina)

0 Komentar