Sebagai lansia yang tinggal sendiri, ia tidak hanya memimpikan hunian yang layak, tetapi juga modal usaha untuk ia bertahan hidup.
“Kahoyong abimah pemerintah teh bade ditempatkeun di mana. Ngan kinten-kinten anu tiasa dipake icalan kitu. Supados abi teu kenging kieu (maunya saya si pemerintah mau menempatkan dimana. Tapi yang sekiranya bisa dipake jualan. Supaya saya tidak begini, red),” tuturnya.
Sementara itu, Dedeh, sebagai Kader Lansia setempat, menyebut sudah berusaha membantu Euis untuk bisa dapat hunian layak. Namun mereka terkendala lantaran status kepemilikan rumah dan tanah bukan atas nama Euis.
Baca Juga:Lembaga Survei Berperan Edukasi, Bukan Menggiring Industri Politik di Kota Tasikmalaya!Pengungkapan TPPU Narkoba Rp 2,1 Triliun: Bandar Kendalikan Jaringan dari Balik Jeruji, Polri Sita Aset Mewah
“Saya selama ini sudah diusahakan buat para lansia, masyarakat sini, RW 11 Cikiray. Semuanya pengurus sebenarnya gercep (gerak cepat) tapi balik lagi ya gitu khusus si ibu (Euis),” kata Dedeh.
“Terkecuali mungkin khusus ibu mungkin dikasih fasilitas sama negara juga misalnya dikasih tempat sekalian usahanya juga. Kalau sekarang kan lansia harus tangguh, mandiri,” lanjutnya.(Ayu Sabrina)