TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kondisi komplek Dadaha dinilai sudah tidak ideal bahkan tidak layak untuk konser besar tingkat nasional sekelas band Radja. Selain sarana yang kurang memadai, dampak gangguang terhadap aktivitas masyarakat pun cukup tinggi.
Seniman sekaligus budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat mengatakan event hiburan akan lebih representative dilakukan di lapangan upacara ketimbang stadion. Karena di lapangan sudah tersedia stage sebagai pengganti panggung. “Kalau dari sisi fasilitas, di lapangan lebih representatif,” ucapnya kepada Radar, Selasa (30/7/2024).
Namun lain cerita jika bicara event konser skala besar sekelas band Radja, menurutnya komplek Dadaha sudah tidak ideal. Tidak melihat itu stadion atau pun lapangan upacara, secara infrastruktur potensi kerusakannya tinggi. “Ketika di stadion atau di lapang, ketika massa berkumpul dengan jumlah yang fantastis, efek kerusakannya bisa terjadi juga disekitarnya,” ucapnya.
Baca Juga:Ivan Dicksan atau Nurhayati, Azies Rismaya Mahpud Wakilnya! Partai Demokrat Tetap Setia Kepada PPP di PilkadaWaspada Jebakan Injury Time! Partai dan Kandidat Bisa Zonk Saat Bongkar Pasang Koalisi Pilkada Kota Tasik
Dijelaskannya, massa yang menonton konser tidak langsung begitu saja berada di dalam stadion. Sebelumnya mereka tentu akan mengantre di luar dan melakukan aktivitas lainnya. “Kan begitu saja datang masuk ke lokasi konser, nonton, lalu pulang, teknisnya tidak sesederhana itu,” ucapnya.
Urusan lalu lintas sudah tidak perlu ditanya karena jalur Dadaha yang kerap diisi PKL dan parkir sembarangan pasti bertambah macet. Paling dikhawatirkan adalah terjadinya kerusakan fasilitas umum, baik di lokasi atau pun di sekitarnya.
“Karena menurut saya ini cenderung dipaksakan Dadaha bisa memfasilirtasi konser musik besar, namanya dipaksakan risikonya ya kerusakan dan gangguan,” ucapnya.
Tatang mendukung Disporabudpar memfasilitasi penyelenggaraan event konser musik yang menarik orang untuk datang ke Kota Tasikmalaya dan menghidupkan UMKM. Namun idealnya arahkan ke lokasi-lokasi yang memang representatif. “Apalagi Dadaha itu sudah menjadi tepat yang ramai tanpa ada event, jadi bisa diarahkan ke lokasi lain,” terangnya.
Dirinya melihat ada beberapa lokasi alternatif yang menurutnya perlu dihidupkan dengan event dan lebih layak untuk konser musik. Seperti hal eks terminal Cilembang, Terminal Tipe A yang mati suri, atau lapangan-lapangan di wilayah lainnya. “Jadi tidak hanya UMKM di Dadaha saja yang bergeliat, karena kalau Dadaha setiap hari juga ramai,” ucapnya.