Situasi ini diperparah oleh angin timuran yang mulai berembus dari gurun utara Australia, seiring posisi matahari bergeser dari ekuator sejak 21 Maret 2024, menyebabkan uap air di barat Indonesia bergeser ke arah timur pantai timur Afrika.
Eddy menegaskan bahwa kondisi panas ini diprediksi akan terus berlanjut.
Rekayasa Cuaca Sebelum Pertengahan Musim Kemarau
Dwikorita menyampaikan bahwa, dengan memperhatikan dinamika atmosfer jangka pendek terkini, masih terdapat jendela waktu yang sangat singkat untuk melakukan rekayasa cuaca sebelum memasuki pertengahan musim kemarau.
BMKG, bersama BRIN, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta TNI Angkatan Udara, melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) mulai 30 Mei hingga 10 Juni 2024 di empat posko yang meliputi Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya.
Baca Juga:Persiapan Penting Sebelum Jemaah Haji Menuju Arafah, Jemaah Asal Indonesia Harus TahuDelvintor Alvarizi, Crosser Astra Honda Siap Bersaing di MXGP Latvia
Operasi ini didukung oleh 4 unit pesawat jenis CASA N-212 TNI-AU yang menebarkan natrium klorida (NaCl) atau garam ke bibit awan hujan guna meningkatkan pasokan air di 35 waduk utama untuk irigasi lahan pertanian sepanjang musim kemarau di Jawa.
BMKG merekomendasikan penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk mengisi waduk-waduk di daerah yang berpotensi mengalami kondisi kering saat musim kemarau, serta untuk membasahi atau menaikkan muka air tanah guna mencegah karhutla (kebakaran hutan dan lahan), termasuk pada lahan gambut.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menambahkan bahwa rekayasa cuaca di atas Pulau Jawa dilakukan serentak karena sempitnya peluang pertumbuhan awan yang masih memungkinkan untuk disemai agar menjadi hujan.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sisa waktu dari fase transisi ini dengan optimal untuk menampung air.
Karena setelah kemarau kering dimulai, curah hujan akan berkurang drastis, kurang dari 50 milimeter per bulan, mulai awal Juni sampai September 2024.
Jika air tidak dikelola dengan baik, maka kekeringan dapat berdampak pada produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Dengan demikian, penghematan air sejak sekarang sangat dianjurkan. (Sandy AW)
Sumber: Indonesia.go.id