TASIKMALAYA, RADARTASIK,ID – Setiap siswa memiliki orang tua selama di sekolah, yakni Wali kelas sekaligus guru. Dalam hal ini Wali Kelas seharusnya bisa mengenali karakter siswa supaya sebagai modal pencegahan pengaruh geng motor.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dr Wahyu Mijaya SH MSI. Secara sistem pihaknya jaringan dari mulai KCD, Kepala Sekolah, Wakasek, guru sampai dengan wali kelas. “Kami mencoba optimalisasi melalui jenjaring yang kami bangun,” ungkapnya kepada wartawan, Rabu (27/12/2023).
Dalam hal ini Wali Kelas merupakan person yang paling dekat dengan para siswa. Pihaknya menginginkan figurnya bisa menjadi ujung tombak dalam memperhatikan karakter para siswa. “Saya selalu mengingatkan wali kelas harus tahu setiap siswa yang ada di lingkungan, orang per orang,” ucapna.
Baca Juga:Soal Solusi Pencegahan, Cheka Masih Belum Tahu Penyebab Fenomena Geng Motor di TasikmalayaCar Free Night Tahun Baru, Jalan HZ Mustofa Bakal Ditutup di Malam Pergantian Tahun 2023-2024
Aktivitas kenakalan remaja bahkan pelanggaran hukum yang dilakukan pelajar tentunya dilatarbelakangi sebuah masalah. Dengan mengenal dan menjaga interaksi dengan para siswa, Wali Kelas bisa mendeteksi kecenderungan anak berperilaku negatif, termasuk aktivitas geng motor. “Dengan mengenal, kita bisa mengantisipasi,” ucapnya.
Ketika para pelajar masih banyak yang kedapatan terlibat dalam kejahatan jalanan termasuk geng motor, artinya guru belum mampu mendeteksi potensi itu. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi baginya agar pendidikan karakter kepada siswa bisa lebih baik lagi. “Kami juga terus evaluasi, ketika ada kejadian itu menjadi catatan yang harus ditindaklanjuti,” tuturnya.
Selain pencegahan perilaku negatif, Wali Kelas yang mengenal para siswanya pun bisa lebih mudah mendeteksi minat dan bakatnya. Sehingga potensi setiap siswa bisa dikembangkan lagi di bidangnya masing-masing.
Disinggung soal sanksi drop out, menurutnya hal tersebut bergantung pada kondisi dan juga harus melalui mekanisme yang berlaku. Namun pada dasarnya sekolah tidak boleh menyerah untuk bisa memperbaiki perilaku siswa.”Biasanya, itu ada tahapan sanksi, namun kami akan membina dulu anak agar tidak seperti itu,” imbuhnya.(*)