Menurut Japar, rata-rata siswa yang bermasalah bukan sekadar karena pergaulan. Namun mereka sudah menanggung masalah dari rumah atau keluarga masing-masing. “Yang broken home, atau memang bermasalah dengan orang tuanya, rata-rata begitu,” ucapnya.
Disinggung nasib kelangsungan pendidikan dari siswa-siswa yang terlibat dari kasus geng motor itu, secara kebijakan ada di masing-masing sekolah. Namun secara prinsip, sekolah tidak bisa begitu saja melakukan drop out. “Karena mereka tetap berhak mendapat pendidikan, dengan harapan bisa memperbaiki perilaku mereka lebih baik,” imbuhnya.(*)
Kunjungi juga Radartasik.id di Google News dan Tiktok