Saya pun segera membuka pintu kamar. Melihat ke seberang jalan. Tampak sejumlah anjing menggonggong. Bikin merinding. Lebih kurang suara-suara ini berlangsung 2 menit. Peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya di Jawa Barat.
Suara lolongan dan gonggongan anjing tengah malam itu pun mereda. Tim ekspedisi melanjutkan perjalanan tidur.
Bunyi alarm di handphone membangunkan tim pukul 05.00 WITA pada Jumat. Sampai matahari terbit, tak terdengar satu pun suara azan subuh. Begitu juga waktu salat zuhur, asar, magrib dan isya. Berbeda sekali dengan di Priangan Timur (Priatim). Dari semua penjuru mata angin menggema suara azan lima waktu.
Baca Juga:Ekspedisi Kampung Dumaring (1): Cendera Mata Pusaka Kujang Menandai Awal Perjumpaan dengan Para Tokoh AdatTJSL PLN Bikin 5.425 UMK Naik Kelas, Program Rumah BUMN, Desa Berdaya, dan Pemberdayaan Kawasan Wisata Paling Dominan
Kuliner Kampung Dumaring
Tak terasa memasuki hari ke-11, tim ekspedisi berada di Kampung Dumaring. Tim terus beradaptasi dengan kondisi lingkungan, sosial, dan suhu termasuk ihwal makanan.
Di lingkungan tempat tinggal tim, sama sekali tidak terlihat pedagang yang mendorong gerobak untuk menjajakan dagangannya. Seperti pedagang siomay, batagor, bakso, mi ayam, dan bubur ayam yang banyak ditemui di Jawa Barat.
Begitu juga warung nasi. Tak ada sama sekali. Kondisi ini memaksa tim untuk mengubah kebiasaan makan. Misalnya, saat rehat kerja, tim biasanya makan di warung nasi di sekitar Graha Pena Radar Tasikmalaya seperti warung nasi Bu Kiroh, Bu Atik dan Kantin 99. Maka dari itu, di sini, tim dituntut pandai memasak sendiri.
Kepiawaian memasak menjadi fundamental selama tinggal di mes. Pasalnya, tim tidak bisa memesan makanan-makanan di rumah makan, apalagi lewat GoFood—bisa dilakukan di Jawa Barat. Ketika membuka aplikasi Gojek dan ingin memesan makanan, muncul tulisan, ”GoFood belum ada di areamu. Doain supaya kami bisa segera ada di sana.”
Untungnya, urusan memasak di mes ada Iwan Rustandi asal Sukabumi. Meskipun keahliannya adalah di bidang desain interior dan eksterior, pria yang akrab disapa Kang Iwan tersebut pandai mengolah beragam macam ayam, ikan, sambal, dan sayur-sayuran.
Sebagai pencinta kuliner, bakso, mi ayam, atau bubur ayam dirindukan selama tinggal di Kampung Dumaring. Tim mendapat informasi dari Kang Iwan tentang adanya penjual mi ayam. Tim pun meluncur ke lokasi. Jaraknya 4 km dari mes. Waktu tempuhnya sekitar 8 menit menggunakan kendaraan roda dua.