Tim ekspedisi pun mendapatkan gambaran seputar keragaman etnis, agama, dan budaya di Kampung Dumaring. Tentunya memiliki banyak perbedaan budaya dengan Jawa, khususnya Sunda.
Keragaman di Kampung Dumaring itu penting untuk diketahui dan dipahami. Pasalnya tim akan menjalankan ekspedisi ini tidak sebentar. Sekitar 1 bulan. Tim ekspedisi mesti adaptif dan kolaboratif dengan lingkungan tempat tinggal selama bertugas tanpa mengabaikan prinsip.
Jalur Udara
Rute darat-laut tidak dipilih untuk pergi ke Kampung Dumaring mengingat waktu tempuhnya membutuhkan sekitar 66 jam. Tim ekspedisi memilih jalur darat-udara-perairan.
Baca Juga:TJSL PLN Bikin 5.425 UMK Naik Kelas, Program Rumah BUMN, Desa Berdaya, dan Pemberdayaan Kawasan Wisata Paling DominanPembagian Uang Ganti Rugi Tol Getaci di Kabupaten Garut, Ai Dapat Rp 40 Juta, Siti Terima Rp 15 Juta, Desa Karangmulya Selesai, Desa Mandalasari Harus Siap-Siap
Dari Jalan SL Tobing, Cihideung, Kota Tasikmalaya, tim bertolak ke Jakarta untuk terbang dari Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta menuju Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan.
Dari Bandara Soetta, tim ekspedisi terbang menggunakan Batik Air pada Kamis 3 Agustus 2023 sekitar pukul 03.55 WIB menuju Bandara SAMS. Penerbangan pertama ini membutuhkan waktu tempuh lebih kurang 2 jam.
Untuk kali keduanya penerbangan, dari Bandara SAMS, tim menggunakan Wings Air menuju Bandar Udara Kalimarau pukul 08.20 WITA. Waktu tempuh ke bandara di Tanjung Redeb, Berau ini, lebih kurang 1 jam.
Tiba di Bandara Kalimarau, tim ekspedisi sambil rehat sudah disuguhi udara 34 derajat celcius. Lumayan menyengat, jika dibandingkan dengan suhu Kota Tasikmalaya yang hanya rata-rata 25 hingga 30 derajat.
Alhamdulillah, tim sebetulnya tidak capai harus mencari kendaraan untuk membawa ke tujuan. Tim sudah disiapkan mobil taksi dari pihak mitra kerja.
Semula, tim mengira taksi ini meluncur secara langsung ke kampung tujuan. Ternyata tidak. Sopir taksi asal Jawa Timur ini membawa tim menuju Dermaga Apung Pelabuhan Rajanta untuk menyeberang.
Penyeberangan di pelabuhan yang berada di tengah pusat kota Berau itu dilakukan lantaran Jembatan Sambaliung—penghubung Jalan H. Isa I dan Jalan Poros Raya Bangun—sementara ditutup.
Baca Juga:Dr Aqua Dwipayana Sebut Komunikasi Senjata Utama untuk Polisi, Terjadinya Masalah Seringkali karena KomunikasiGermas Bersama Anggota DPR RI Nurhayati Effendi, Ratusan Masyarakat Kota Tasikmalaya Antusias
Tim ekspedisi pun naik perahu ketinting untuk menyeberang dari Jalan Kapten Tendean menuju Jalan Kuran, tempat mobil travel yang di-order. Perahu terbuka tanpa atap ini memuat lima orang termasuk seorang nakhoda dan juga barang-barang bawaan tim dan seorang penumpang lagi. Ada empat koper, tiga tas ransel, dan satu tas kamera.