Rifda Widi

Rifda Widi
Dahlan ISkan
0 Komentar

Waktu itu Freeport membangun pembangkit listrik di dekat pantai Timika. Listriknya harus dialirkan ke tambang emas di pedalaman Papua. Perlu transmisi sejauh 60 Km dari Timika ke area tambang. Begitu proyek itu selesai dan Rifda hamil, perusahaan itu dia tutup. Dia meninggalkan reputasi yang baik di mata perusahaan asing seperti Freeport.

Sosiopreneur pertama yang dia lakukan adalah ini: menyelenggarakan pameran produk pertanian. Nama kegiatan itu Anda masih ingat: Agrinex Expo. Setiap tahun. Besar banget. Saya hadir sekali. Yakni ketika masih menjadi sesuatu dulu. Rasanya di Agrinex itulah saya bertemu muka kali terakhir dengan Rifda.

Dari Agrinex, Rifda berjalan ke hulu. Dia ikut gabung ke gerakan pengabdian masyarakat bersama alumni Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka akan membangun proyek bersama: Kampung IPB. Rencananya kampung itu sampai 175 hektare. Di daerah miskin Banten Selatan.

Baca Juga:Bicara Prestasi, Perlu Sarana RepresentatifATCS Ditarget Rampung Sebelum Nataru

Dalam perjalanannya Kampung IPB itu berubah haluan. Ini versi Rifda. Yakni sejak ada program pemerintah berupa BLU kehutanan. Ada dana BLU yang bisa diserap untuk menanam hutan produksi: sengon, jabon, dan sebangsanya.

Rifda tidak mau itu. Maka dia mufaraqah dari Kampung IPB. Dia ingin membangun sendiri perkebunan buah topik seperti niat awal. Dia berjalan sendiri. Dia pun melakukan perjalanan ke Cikeusik. Ke desa-desa yang lebih dalam. Hatinyi teriris-iris. “Kemiskinan desa ini luar biasa parahnya,” kata Rifda.

Di situlah Rifda membangun Kampung Agrinex. Dia beli tanah satu tahap demi satu tahap. Akhirnya mencapai 25 hektare. Dia tanam berbagai pohon buah tropis. Kini sudah mulai berbuah. Dia bangun villa-villa. Bisa untuk 100 orang lebih. Dia jadikan Kampung Agrinex itu sebagai kampung wisata agro. Dia berdayakan orang-orang di desa miskin itu.

Ayahnya sudah beberapa kali ke Kampung Agrinex. Sang ayah bangga pada putrinya. Di antara 8 anak, Rifda lah yang paling dicinta. Dulu sang ayah suka berkebun di Ternate. Rifda selalu ikut berkebun. Dia dapat bagian memelihara kebun itu. Pun waktu liburan. Ketika adik-kakaknyi liburan ke Jawa. Rifda justru ke kebun. Itulah yang membuat Rifda tidak pernah ke Jawa di masa remajanyi.

0 Komentar