TASIK, RADSIK – Hari ini genap masa kepemimpinan H Muhammad Yusuf sebagai Wali Kota Tasikmalaya berakhir. Selama 1,5 tahunan menjadi kepala daerah tercatat sejumlah keberhasilan yang ditorehkan. Salah satunya mengubah wajah Kota Resik menjadi lebih estetik.
Setelah pemisahan Kota dan Kabupaten Tasikmalaya 21 tahun silam dan estafet pemerintahan mulai dari era almarhum H Bubun Bunyamin, H Syarif Hidayat sampai dengan H Budi Budiman, baru di tangan H Muhammad Yusuf, HZ Mustofa dan Cihideung bermetamorfosis. Viral di media sosial, ramai diperbincangkan dan menuai ragam apresiasi serta kebanggaan berkat dedikasi dan keseriusannya membenahi Kota Tasikmalaya.
”Alhamdulillah di tengah pelaksanaan rekonstruksi HZ Mustofa dan Cihideung yang menuai pro-kontra di awalnya, namun saat ini sudah bisa dinikmati dan dirasakan perubahannya oleh masyarakat,” kata Yusuf.
Baca Juga:Orang Bengkulu Nakhodai Kota TasikMerawat Sejarah, Menangkal Klenik
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Tidak hanya warga sekitar, masyarakat kota secara umum, bahkan Priangan Timur, mengagumi perubahan signifikan pusat perekonomian yang semula semrawut. Pusat keramaian itu kini menjelma menjadi ikon baru, merangsang partisipasi dan rasa memiliki publik terhadap area semipedestrian di HZ Mustofa-Cihideung.
Rasa memiliki publik itu mengubah stigma proyek pemerintah yang biasanya dianggap mengganggu. Publik pun tidak apatis merespons pembangunan semipedestrian. ”Sampai pelaksanaan pekerjaan selesai juga, masih banyak respons dan masukan. Memberikan saran dan mengomentari. Saya menyikapinya selain sebagai input untuk bahan evaluasi, di sisi lain, ini menjadi bukti bahwa program pemerintah yang digulirkan mendapat perhatian. Bahkan partisipasi dari masyarakat yang semata ingin menjaga bahkan mempercantik kondisi yang saat ini sudah dinilai baik,” tuturnya.
Tidak sedikit pengunjung, baik lokal maupun luar kota, memadati area semipedestrian HZ Mustofa -Cihideung. Jalur khusus bagi pesepeda yang disediakan di lintasan kendaraan pun mendapat sanjungan dari para pegiat olahraga gowes. Termasuk, keberpihakan pemerintah terhadap kalangan disabilitas, yang mana tiang utility serta jalur bagi pejalan difabel pun sekaligus dibenahi di area tersebut.
”Selain dari menata dalam konteks visual atau perwajahan, drainase dan saluran air di bawah pun, kita bangun lagi. Karena di situ ada saluran peninggalan zaman dahulu yang semula fungsinya untuk menyalurkan air, berubah pembuangan segala limbah dan kerap menimbulkan genangan saat hujan karena sering tersendat,” katanya.