Pihaknya menyesalkan reaksi dari pelatih atau ofisial. Alih-alih meredam amarah suporter, mereka yang justru memicu potensi kericuhan. ”Itu sebetulnya ofisial yang bisa meredam. Bukan justru memancing. Insyaallah kami akan intens pembinaan ke depan karena ruang komunikasi antara wasit dengan coach ketika sudah bagus sering diskusi apalagi ngopi bareng tentu akan sering memahami tugas masing-masing. Namun, meski diwarnai kejadian ini, DK Private tetap meneruskan langkahnya ke tingkat Jawa Barat mewakili daerah atas kemenangan 6-1 di babak final ini,” ucap anggota DPRD Kota Tasikmalaya itu mendeskripsikan.
Sineas sepak bola Kota Tasikmalaya Asep Wawan Kurniawan menjelaskan berdasarkan informasi dari internal DK Parahyangan, pelatih menilai wasit melakukan keberpihakan. Secara spontan, dia hendak melayangkan protes terhadap hakim garis dan nyaris terjadi aksi dorong-mendorong. ”Suporter atau orang tua pemain ikut terpancing turun ke lapangan. Dilerai panitia, Ervin,” ujar pengurus Persikotas itu.
Sementara, Analis Kebijakan Ahli Muda Disporabudpar Kota Tasikmalaya Deni Nurhidayat yang menyaksikan langsung laga final tersebut mengaku tegang saat adanya masa masuk ke area pertandingan, dan nyaris memicu kerusuhan. Dia yang mewakili pemerintahan untuk menyerahkan trofi serta medali terhadap para juara di kompetisi tersebut, mengaku ironis kompetisi olahraga yang bermuara prestasi bagi daerah harus diwarnai kejadian diluar harapan. ”Seperti itu ketidakpuasan namun kami sayangkan ini laga prestasi terbumbui peristiwa ini di tengah secara Nasional sedang terjadi hal memilukan di matras hijau. Kami harap ke depan bisa diminimalkan,” kata Deni. (igi)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!