PANGANDARAN, RADSIK – Kasus stunting pada balita di Kabupaten Pangandaran masih terjadi. Pemerintah daerah menargetkan zero kasus di 2023.
Kepala Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A) Kabupaten Pangandaran Heri Gustari mengatakan kasus stunting memang masih ditemukan. Namun jumlahnya tidak terlalu tinggi. ”Dari 24.236 balita di Pangandaran, 3,1 persennya mengalami stunting,” katanya kepada wartawan, Kamis (25/8/2022).
Menurur dia, grafik jumlah stunting dibanding tahun sebelumnya memang cenderung turun dibanding tahun ini. ”Kalau tahun lalu sempat di angka 3,9 persen,” ucapnya.
Baca Juga:26 ODGJ Sembuh, Bisa Tolak HalusinasiDOB Jangan Hanya Kepentingan Semata
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Walaupun begitu, tim audit kasus stunting, yang didalamnya terdiri dari beberapa OPD, tetap mengupayakan agar Pangandaran menjadi zero stunting. ”Lewat program posyandu di tiap dusun, bisa memaksimalkan upaya ke arah sana,” ujarnya.
Dia mengatakan sebanyak 97,5 persen balita di Kabupaten Pangandaran aktif mengikuti posyandu. ”Kita upayakan sampai 100 persen,” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yadi Sukmayadi mengatakan setiap bulannya, posyandu selalu digelar di tiap dusun. ”Para kader di tiap posyandu itu, selalu melaporkan berapa jumlah balita yang stunting,” katanya.
Yadi mengatakan kasus stunting banyak dipengaruhi oleh kurangnya asupan gizi. ”Ada juga yang dari lahir, karena ibu yang kurang asupan gizi saat hamil,” ucapnya.
Menurut dia, asupan gizi dengan pemberian makanan tambahan saat posyandu sangat penting dilakukan. ”Selalu diberikan, terutama kepada mereka yang kurang gizi,” jelasnya. (den)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!