Beda halnya di FSL2N di mana sebelumnya dia pesimis bisa lolos mengingat pesaing yang lebih banyak. Akan tetapi tidak disangka hasil karya anaknya bisa lolos. ”Alhamdulillah bisa lolos, tadinya kurang yakin karena lomba itu kan diikuti seluruh sekolah,” katanya.
Diceritakan Fitri, Melia memang sudah senang menggambar sejak dia balita. Dari mulai corat-coret tembok hingga akhirnya diarahkan oleh kedua orang tuanya ke seni menggambar. ”Waktu kecil sudah senang menggambar, bahkan lebih dulu corat-coret ketimbang bicara,” tuturnya.
Apa yang menjadi prestasi anak tidak lepas dari pola asuh orang tua. Fitri menyampaikan bahwa dia dan suaminya tidak pernah mengatur atau bahkan anaknya untuk mengejar nilai akademik. ”Kami dorong agar anak bisa melakukan apa yang menjadi minatnya, tentunya tetap diarahkan supaya tetap di jalur yang positif,” ucapnya.
Baca Juga:Rektor KarakterTak Ada Kandidat Lain Selain Milla
Meskipun kedua orang tuanya itu mendukung agar Melia mengembangkan minatnya dalam seni rupa, tampaknya tidak membuat nilai akademiknya merosot. Terbukti anak tersebut berhasil mengikuti kelas akselerasi yang membuat jenjang pendidikannya lebih cepat dilalui. ”Waktu SD juga di SDN Galunggung hanya lima tahun karena akselerasi,” katanya.
Padahal, selama ini Melia tidak pernah diikutkan les baik untuk pendidikan umum atau pun seni rupa. Karena baginya, mendidik anak tidak bisa dengan paksaan belajar. ”Meski belum pernah les, di pelajaran alhamdulillah tetap bagus termasuk di bahasa Inggris,” katanya. (rga)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!