TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tingkat pendidikan berpengaruh besar pada cara berpikir dan kedewasaan dalam bersikap.
Hal itu juga berpengaruh terhadap tata cara masyarakat berdemokrasi dimana mereka lebih mengutamakan emosi atau fanatisme dibanding kesadaran berlogika.
Itulah yang dinilai Akademisi HAM dan Demokrasi Universitas Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Randi Muchariman, SIP MA.
Kualitas Kepala Sekolah Dinilai Lewat PKKS
Baca Juga:Tensi Politik Tinggi, Perguruan Tinggi di Ciamis Ini Serukan Jaga Keharmonisan BangsaDukung Dunia Pendidikan, bank bjb Kolaborasi dengan Universitas Pakuan
“Pilihan itu kan didasari oleh informasi sebelumnya. Misal informasi apa sih yang terakhir dia dapat tentang negara? Bahkan, yang sekolah aja gagasan tentang negara saja belum paham,” ujarnya.
Kota Tasikmalaya sendiri saat ini memiliki jumlah penduduk 757.815 jiwa. Sebanyak 517.716 orang atau 68 persennya berpendidikan rendah.
Hal itu didasarkan pada data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tasikmalaya pada tahun 2023.
Merawat Demokrasi di Masa Pemilu 2024 Ala Mahasiswa dari BEM FAI Unsil Tasikmalaya
Sementara itu, 199.456 masyarakat Kota Tasikmalaya tercatat hanya lulus SD. Kemudian sebanyak 130.660 jiwa berpendidikan SMP atau sederajat.
Tingkat pendidikan yang rendah itu menurut Randi sangat memengaruhi cara berpikir. Termasuk dalam menentukan arah pilihan politik menjelang kontestasi pemilu.
“Logikanya, kenapa harus sampai SMP atau SMA, karena di fase itu sudah belajar logika bernegara. Ada pelajaran tentang sistem pemerintah yang kalau di SD belum dipelajari. Akal sehat tentang kehidupan bernegara, bersama, itu seperti apa? Makannya kenapaharus ada wajib belajar 12 tahun ya begitu,” jelas Randi, Senin, 5 Februari 2024.