WO Executor Project Buka Suara, Bantah Tuduhan Penipuan kepada Calon Pengantin

Executor project
Kuasa hukum owner Wedding Organiser Executor Project : Andi Handani SPdi SH MH
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pemilik Wedding Organizer (WO) Executor Project, Faturachman (27) membantah telah melakukan penipuan terhadap para calon pengantin yang menjadi kliennya. Tudingan-tudingan tersebut dinilai sengaja dihembuskan karena persaingan bisnis.

Hal itu disampaikan oleh kuasa hukum WO tersebut, Andi Handani SPdI SH MH yang buka suara mengenai tuduhan penipuan. Menurut dia, tudingan penipuan tersebut merupakan tuduhan yang sengaja dihembuskan oleh pesaing bisnis. ”Bukan karena penipuan atau apa pun itu, itu gesekan bisnis,” ucapnya kepada Radar, Rabu 7 Februari 2024.

Pasalnya dalam waktu kurang dari dua tahun, Executor Project berhasil mendapat banyak peminat. Di mana harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibanding WO yang lain. ”Baru 1,5 tahun mendirikan Executor Project sudah ratusan kliennya,” katanya.

Baca Juga:Ada 5 Poin, Para Pimpinan Perguruan Tinggi di Tasikmalaya Deklarasikan Pemilu Aman dan DamaiDeklarasi Pemilu Damai Unsil Tasikmalaya Dibumbui Orasi Mahasiswa

Harganya yang murah itu bukan berarti kliennya mengesampingkan kualitas, hanya saja disebutkan bahwa Fatturachman tidak mengambil selisih yang besar dari jasa yang dia berikan. ”Membuat marah WO-WO yang lain karena harganya lebih murah,” ucapnya.

Selama ini pun, kata Andi, semua klien Executor Project bisa melaksanakan pernikahan sesuai dengan jadwal. Terakhir yakni pada 21 Januari 2024 salah satu kliennya yang melangsungkan pernikahan. ”Tidak pernah ada yang gagal nikah, (tuduhan penipuan) itu persaingan bisnis,” ujarnya.

Terkait transaksi pembayaran dengan vendor, diakuinya memang beberapa belum utuh. Namun, menurut dia, DP dan utang piutang bukan hal aneh dalam dunia bisnis. ”Bayar DP dulu kan hal biasa di bisnis,” katanya.

Sejauh ini pun pihaknya tidak mendapati ada klien yang melapor ke polisi atas kasus penipuan. Dia pun aneh ketika ada yang menyebut Daftar Pencarian Orang (DPO), yang notabene buronan yang dicari polisi. ”Bagaimana bisa disebut DPO,” tuturnya.

Adanya upaya untuk merusak bisnis WO kliennya itu sudah terasa sejak Oktober 2023. Pada akhirnya terbentuk opini bahwa Fatturachman dan WO-nya merupakan penipu sehingga membuat banyak kliennya mundur.

Hal itu membuat keuangan WO menjadi kacau karena Fatturachman memakai sistem pembiayaan silang. Di mana biaya pernikahan klien 1 sebagian memnafaatkan pembayaran dari klien 2. ”Karena memang awalnya tanpa modal,” ucapnya.

0 Komentar