Warga Kurang Mampu Bisa Lolos Masuk Kampus Bergengsi Setelah 1 Bulan Karantina

Masuk Kampus Bergengsi
Para peserta LCT menjalani bimbel dalam karangtaruna yang dilaksnakan komunitas Hayu Bareng, beberapa waktu lalu.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sedikitnya 10 lulusan SMA dari keluarga kurang mampu di Tasikmalaya berhasil masuk kampus bergengsi di nusantara. Sebelumnya mereka mengikuti karantina 1 bulan di program Learning Camp Tasikmalaya (LCT).

Pendidikan di Perguruan Tinggi bukan hanya untuk orang kaya saja. Lulusan SMA dari keluarga tidak mampu pun berhak untuk merasakan dunia kampus.

Pemerintah saat ini sudah mengeluarkan program KIP-Kuliah untuk mahasiswa. Namun tentunya untuk bisa lolos masuk kampus sendiri bukanlah hal mudah, tetap butuh wawasan yang memadai.

Baca Juga:Waspada! Ada Komplotan Ibu-Ibu Maling di Tasikmalaya, Smartphone Seharga Rp 7 Juta RaibJadi Promosi Wisata Kesenian Tasikmalaya, Teater Legion 28 yang akan tampil di Festival Seni Bali Jani V Tahun 2023

Mendasari itu, kolaborasi geosoftware community geosoftware community, Gerakan Madani Tasik dan Dompet Dhuafa membentuk LCT. Di mana 20 lulusan SMK/sederajat potensial dari keluarga tidak mampu diberikan bimbel dengan proses karantina selama kurang lebih 1 bulan.

Humas LCT David Ubaidillah bersyukur bisa mengantarkan lulusan SMA dari keluarga tidak mampu itu untuk bisa masuk universitas. Setidaknya saat ini sudah ada 10 yang sudah dipastikan lolos. “Alhamdulillah ada yang sudah lolos masuk UI, ITB dan perguruan tinggu lainnya,” ungkapnya kepada Radar, Senin (17/7/2023).

Pihaknya berharap anak-anak binaan di LCT lainnya juga bisa lolos juga di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Saat ini sebagian masih menunggu pengumuman hasil seleksi.

Secara teknis, anak-anak yang mengikuti LCT diberikan bimbel secara intens kurang lebin 1 bulan. Pihaknya memberikan pengenalan dan wawasan untuk bisa menghadapi seleksi perguruan tinggi yang dicita-citakan. “Kita fasilitasi mereka secara gratis,” ucapnya.

Karantina dilaksanakan di lembaga bimbel Nurul Fikri Kecamatan Tawang. Selain bimbel, komunitas juga memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari mereka selama proses karantina. “Semua kebutuhan kita tanggung,” ucapnya.

Selain wawasan untuk persiapan seleksi perguruan tinggi. Pihaknya juga memberikan mereka penguatan karakter dengan wawasan ilmu agama. “Jadi bukan hanya pembekalan masuk kampus, tapi mereka juga kita harapkan bisa memberikan manfaat untuk lingkungannya,” tuturnya.

Mengingat proses tersebut memerlukan biaya, Program Officer LCT Anisa Fitriani mengakui hal tersebut. Dia menjelaskan bahwa gerakan tersebut didanai oleh kolaborasi geosoftware community, Gerakan Madani Tasik dan Dompet Dhuafa. “Kebutuhan satu orang anak itu sekutar Rp 5 juta,” ucapnya.(*)

0 Komentar