TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kasus uang tabungan siswa di SDN 1-3 Pakemitan Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya direspons Ketua PGRI Jawa Barat Dede Amar. Menurutnya, saat ini tabungan siswa sudah salah kaprah dengan misi awal untuk melatih anak menabung.
Dede Amar mengatakan, memang awalnya dari Pangandaran, lalu muncul di Kabupaten Tasikmalaya. Sebetulnya tujuan menabung itu bagus, untuk mendidik anak-anak. Hanya sayangnya juga orang tua yang terlalu melibatkan siswa untuk kepentingan orang tua sendiri.
“Itu nabung untuk orang tuanya, karena tadi masyarakat sekarang orang tua mulai tampil di sekolah. Apalagi melihat anaknya nabung ada yang Rp 100.000 ada yang Rp 200.000, itu tujuannya sudah lain,” ujarnya kepada Radar, kemarin.
Baca Juga:Dua Bupati di Priangan Timur Kaya Tanpa Utang, Bupati Tasikmalaya Rp 4,9 Miliar dan Bupati Ciamis Rp 15,9 MiliarLima Rekomendasi Jajanan Hits di Cipasung Singaparna, Rasanya Bisa Bikin Lupa Mantan Lho
Amar menyebutkan, kalau misalkan anak menyisihkan dari jajan, misalnya Rp 1.000 atau Rp 2.000 itu tujuan bagus. Dulu orang tua yang menabung besar dikasih hadiah, tidak betul. Orang tua begitu, penyelenggara juga dari sekolah, yayasan juga memeberikan peluang seperti itu mendidik tidak benar.
“Sekarang sudah beda tujuannya. Jadi sudah keluar dari misi awal, untuk mendidik anak agar hidupnya lebih hemat menyisihkan dari jajan, mengetahui bagaimana pengelolaan keuangan dan lain sebagainya. Tapi terkadang orang tua didorong situasi yang glamor, jadi seperti itu,” ujarnya, menjelaskan.
Menurutnya, kalau anak menyisihkan Rp 1.000 per hari dari jajannya itu terukur. Paling sebulan sekitar Rp 20.000, setahun paling Rp 120.000 per anak.
“Ini dikembalikan lagi kepada tadi, tujuan awalnya itu yang mulia mendidik anak agar disiplin, anak jadi tahu pengelolaan keuangan, penghematan dan lain sebagainya,” kata dia.
Tapi kalau sudah orang tua masuk, ujar dia, mulai merasa seperti mau lebaran bahwa mendapatkan yang sekian juta. Akhirnya walaupun itu bisa insidentil, tidak semua guru atau kepala sekolah seperti itu ada yang tangggung jawab.
“Semua harus menyadari mulai pihak sekolah dan orang tua. Ia tidak berani melarang, tapi ayo bersama-sama kembalikan lagi tujuannya mendidik anak,” ucap dia.