Suporter di Dadaha Ricuh

Suporter di Dadaha Ricuh
MENYIMAK. Warga saat menyaksikan potongan video kericuhan di Stadion Wiradadaha melalui smartphone, Minggu (2/10/2022). Laga final Piala Soeratin Kota Tasikmalaya 2022 berakhir dimenangkan DK Private dengan skors 6-1 atas DK Parahyangan. Firgiawan/Radar Tasikmalaya
0 Komentar

TASIK, RADSIK – Seakan latah kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang beberapa waktu lalu, ketegangan turut mewarnai laga final Piala Soeratin Kota Tasikmalaya 2022 di Stadion Wiradadaha, Minggu (2/10/2022) siang.

Sebuah video berdurasi setengah menit nyaris membanjiri media sosial dan aplikasi perpesanan. Video tersebut menampilkan sejumlah massa menerobos pagar pembatas stadion yang sudah roboh. Terlihat panitia berupaya menahan amukan penonton berpakaian abu-abu, yang masuk ke area pertandingan.

Saat dikonfirmasi, Wakil Ketua Asosiasi Kota (Askot) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kota Tasikmalaya H Wahid mengakui peristiwa itu terjadi di Stadion Wiradadaha di puncak pertandingan Piala Soeratin yang dihelat sejak beberapa pekan lalu. ”Namun, alhamdulillah insiden tidak berlanjut dan ketegangan hanya berlangsung lima menit saja. Pascakejadian itu, semua agenda kegiatan lancar sampai pengumuman juara dan pembagian hadiah serta medali,” ujarnya kepada Radar.

Baca Juga:Nakes Sempurnakan Ikhtiar

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Dia menceritakan kejadian itu dipicu saat pertandingan Kelas Usia (KU) 13 DK Private berhadapan dengan DK Parahyangan, yang kedudukan dikuasai DK Private dengan skors 4-1 atas Parahyangan. Di tengah jalannya pertandingan, hakim garis menyatakan offside terhadap pemain Parahyangan, yang direspons protes coach. Merasa ada ketidakadilan dan minta untuk dianulir. ”Bagaimana pun keputusannya harus dihormati. Kenapa dipercayakan, ya ia berkuasa di lapangan. Harus legowo dan terima, kalau ada putusan tak setuju baiknya tidak begitu. Wasit yang kami gunakan tentunya berlisensi semua, kalau ada kesalahan dari kedua belah pihak pun kita akan telusuri itu,” ujarnya.

Menurut dia, reaksi pelatih yang masuk ke lapangan kemudian berseteru dengan wasit, memicu suporter dan orang tua secara spontan. Meski tidak terjadi korban, dia menyayangkan kondisi itu terjadi di Kota Resik dalam laga yang dihelat Askot PSSI tersebut. ”Itu memang reaksi berlebihan di kala kalah 4-1. Kami, memohon maaf kepada masyarakat karena videonya tersebar dan memicu banyak traumatik di kala situasi nasional sedang berduka atas peristiwa yang satu hari sebelumnya terjadi di Malang. Kami akan meningkatkan pembinaan terhadap penyelenggara sepak bola lebih baik lagi, untuk mengantisipasi dan meminimalkan kejadian serupa ke depannya,” tutur Wahid berkomitmen.

0 Komentar