SMP Swasta Kota Tasikmalaya Kian Terancam, Ini Kata Akademisi

SMP Swasta
Salah satu ruangan SMP Pasundan Kota Tasikmalaya tidak ada aktivitas belajar mengajar di tahun ajaran baru ini, Kamis 20 Juli 2023. (Foto/RIzqi)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Tasikmalaya selalu menyisakan masalah. Salah satu dampak yang dirasakan adalah nasib sekolah swasta, khususnya tingkat SMP swasta yang kekurangan siswa baru.

Saat ini, kondisi SMP swasta banyak tidak kebagian siswa baru. Itu akibatnya ada yang menyebabkan beberapa SMP harus gulung tikar alias ditutup. Namun terdapat beberapa SMP swasta yang bisa tetap eksis bahkan diminati oleh banyak pendaftar hingga membludak.

Hal itu disampaikan langsung Akademisi Kota Tasikmalaya Dr H Dadang Yudhistira SH MPd kepada Radar, Sabtu (22/7/2023).

Baca Juga:Dosen Penjas Unsil Tasikmalaya Bekali Karang Taruna Desa Setiawaras Tips Tangani Cedera OlahragaPenyandang Disabilitas Kota Tasikmalaya Dilatih Cara Mengoperasikan Komputer oleh STMIK DCI dan Disnaker

Selanjutnya, terdapat banyak faktor yang memengaruhi makin berkurangnya jumlah siswa pendaftar ke SMP swasta, di antaranya kesenjangan yang sangat signifikan antara jumlah lulusan SD/MI dengan daya tampung di SMP.

“Artinya, lulusan SD/MI lebih kecil daripada daya tampung di SMP, akibatnya semakin banyak SMP swasta yang kekurangan siswa baru. Ini faktor demografis yang mungkin disebabkan oleh keberhasilan program KB,” katanya sebagai Dosen STIABI Riyadul ‘Ulum Condong Tasikmalaya.

“Dan jika setiap tahun seperti ini dipastikan beberapa SMP yang kekurangan siswa akan gulung tikar alias ditutup,” tambahnya juga sebagai Ketua Lembaga Konsultasi dan Kajian Kebijakan Publik (LK3P) Indonesia.

Penyebab lainnya adalah akibat lemahnya kebijakan pemerintah daerah dalam mengendalikan pendirian sekolah/madrasah baru. Pemerintah hampir dipastikan tidak mampu menolak adanya permintaan pihak masyarakat yang ingin mendirikan sekolah atau madrasah, terlebih pemiliknya adalah orang yang berpengaruh.

Di satu sisi jumlah lulusan SD/MI semakin berkurang, di pihak lain jumlah sekolah madrasah semakin bertambah. “Akibatnya meskipun SMP swasta diberikan kesempatan menerima 8 rombongan belajar (rombel) dengan perombelnya 32 siswa. Nyatanya untuk mendapatkan satu kelas saja sulit alias kekurangan,” ujarnya.

Faktor selanjutnya adalah negeri minded. Orang tua dan peserta didik masih membanggakan dan merasa ika bersekolah di sekolah negeri atau sekolah pemerintah. Selain sama-sama gratis, sekolah negeri dipandang lebih baik dan lebih bermutu dengan fasilitas yang lebih lengkap.

0 Komentar