Sepak Bola Kemalaman

Sepak Bola Kemalaman
Azrul Ananda
0 Komentar

Semua harus paham kenyataan ini: Tidak pernah ada keputusan yang menguntungkan SEMUA pihak. Sama seperti pelajaran kelas public relation: Semua harus sadar kalau 100 persen objektivitas itu tidak mungkin dicapai.

Keputusan yang baik adalah memastikan keputusan itu baik untuk sebanyak mungkin pihak. Dalam artian, kepentingan orang lebih banyak. Kadang menyakitkan, kadang memilukan. Tapi harus diambil.

Dan kalau keputusan itu tidak bisa menyenangkan banyak orang, paling tidak harus ada pertimbangan bahwa keputusan itu punya konsekuensi jangka panjang yang baik. Bukan sekadar sakit di awal, tapi kemudian sakit terus kemudian.

Baca Juga:Politik Pendatang BaruJual Sabu Pakai Motor Dinas

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Menyadari penuh hal tersebut, maka saya tetap tidak habis pikir kenapa sepak bola Indonesia harus kick off pukul 20.30 WIB. Itu berarti selesai paling cepat 22.30 WIB. Bahkan di hari kerja.

Ya. Ya. Ya. Saya dengar sendiri alasannya. Demi rating. Liga kita tidak punya pilihan. Mau tidak mau harus menurut dengan yang membayar. Dalam hal ini, pemegang hak siar televisi. Yang kemudian menentukan kapan sebaiknya sepak bola kickoff, menurut kebutuhan rating MEREKA.

Selasa kemarin (2 Agustus), saya dikirimi hasil rating televisi Senin malam sebelumnya. Seperti yang paling sering terjadi, sinetron menguasai tiga posisi teratas. ”Ada Cinta Setelah Cinta” dari SCTV di pucuk, lalu ”Ikatan Cinta” RCTI di urutan kedua. Panggilan Indosiar di urutan tiga.

Baru setelah dua cerita cinta dan panggilan itu, di urutan empat adalah tayangan pertandingan klub kecintaan Surabaya, Persebaya, menjamu klub kecintaan Tangerang, Persita. Juga di Indosiar.

Sudah bukan rahasia, sejumlah klub legendaris Liga 1 adalah magnet rating. Persija, Persib, dan Persebaya. Baru kemudian Arema dan Bali United. Dan saya tahu persis, seandainya boleh memilih, pembeli hak siar hanya ingin membeli pertandingan klub-klub utama saja. Kebetulan saja mereka harus membeli paket komplet seluruh klub.

Kita tidak boleh menyalahkan peme­gang hak siar untuk mengutamakan rating mereka. Kelangsungan hidup dan perkem­bangan masa depan mereka bergan­tung dari itu. Life is a business. Kita harus selalu menerima kenyataan itu. Sering menyebalkan, tapi itu realita.

0 Komentar