Rugi Dua Kali, Petani Kebobolan Biaya Produksi Tanam Padi Akibat Hama Wereng

petani
Seorang petani di Kampung Genteng mengaku rugi karena harus membayar utang ongkos produksi akibat hama wereng Minggu (9/6/2024). (Ayu Sabrina B/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Wereng batang coklat menjadi hama yang dominan memicu kerusakan tanaman padi dan merugikan petani tahun ini.

Selain menekan produktivitas lahan, hama tersebut juga membuat pendapatan petani anjlok. Bahkan mereka rugi karena harus menanggung utang ongkos produksi.

Penelusuran Radar di lahan sawah yang terbentang di Kampung Genteng, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, pada Minggu 9 Juni 2024 menunjukkan serangan wereng dengan intensitas beragam. Mulai dari tingkat rendah hingga parah.

Baca Juga:Ini Dia Nama-Nama Bakal Calon Pendamping H Yusuf yang Diusulkan PAN di Pilkada 2024!Jelang Pilkada 2024, Kota Tasikmalaya Padat Kandidat, Gelagat Kepemimpinan Darurat!

Menurut Muhidin (63) seorang petani di sawah itu, siklus hama utama tanaman padi di Indonesia ini, berpotensi tidak terputus karena inang selalu tersedia di lapangan.

“Diserang hama wereng semua ini. Sami nu nuju tandur, hejo oge sami (sama yang lagi tandur, yang masih hijau juga, red), keserang hama wereng,” katanya saat ditemui di lokasi.

Ia dan istrinya, Oon (53), harus membayar dua kali lipat dari modal awal produksi tanaman padi. Belum lagi, membeli sejumlah obat dan penangkal hama wereng cokelat.

“Awalnya simeut. Akibat ku tidak bareng (nanam padinya tidak barengan, red), ada yang tandur. Terus sama keong juga, musim sekarang bulan ini aja semua begini,” katanya.

Hasil panen pada musim yang lalu pun, kata Muhidin, sudah terbilang tidak baik.

Sembari menghela nafas, ia menyanyangkan hama penyakit yang kini juga berpotensi merusak dan menggagalkan panen musim ini.

“Kerugian saya ya pembiayaan jadi double. Biasanya gak mengeluarkan uang untuk beli obat-obatan. Rp 2 jutaan untuk 700 bata, sampai ke pemupukan. Sekarang saya udah nambah,” ceritanya.

Baca Juga:Supriana Dapat Dukungan dari ‘Ajengan Tajug’ untuk Maju di Pilkada BanjarYanto Oce dan Strategi Silent Majority di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!

Pertanian tahun ini, bagi Oon tidak begitu menguntungkan. Uang yang dikeluarkan untuk biaya produksi jauh lebih besar dibanding hasil panen.

“Ya hasil dari sini ya kembali ke sini. Cuman tidak beli beras. Bisa makan nasi. Selebihnya ya uang kembali lagi untuk ke sawah (untuk biaya produksi, red),” timpanya.

Apalagi menurutnya petugas yang menyemprot obat anti hama itu, kerap meminta bayaran upah. “Ya paling Rp20 ribu,” sebutnya.

0 Komentar