TASIK, RADSIK – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya menjadikan kejaidan bencana selama tahun 2022 sebagai kewaspadaan lebih di masyarakat untuk tahun 2023. Sehingga ke depan risiko atau dampak bencana bisa diminimalisasi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya Endang S didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik Kurnia Trisna Somantri mengatakan, tutup tahun 2022 pihaknya mencatat seluruh kejadian bencana yang terjadi selama tahun, termasuk dengan risiko dan dampak yang dirasakan masyarakat.
“Jelas ratusan kejadian bencana yang terjadi tahun kemarin menjadi ekstra kewaspadaan bagi BPBD, sehingga bisa meminimalisasi risiko dan dampak dari bencana tersebut tahun ini. Karena pada dasarnya bencana itu tidak bisa dihindari,” ujarnya kepada Radar, kemarin.
Kata dia, dalam catatan tahun kemarin bencana yang terjadi yakni angin kencang 45 kejadian, banjir 23 dan banjir bandang 7 kejadian, tanah longsor 240 kejadian, kebakaran bangunan 27 kejadian, gerakan tanah 14 kejadian, hujan lebat 5 kejadian, puting beliung 2 kejadian dan gempa bumi 1 kejadian serta lain-lain 12 kejadian dengan total 376.
“Akibat dari bencana yang terjadi selama setahun kemarin dua orang meninggal dunia dan enam luka-luka,” ujar dia, menjelaskan.
Kemudian, untuk rumah terdampak 316 dengan rincian 39 rusak berat, 36 rusak sedang, 119 rusak ringan dan 39 terendam, 6 tergenang dan 27 terancam. “Jumlah tersebut untuk semua kategori bencana,” ucap dia.
Kemudian, tambah dia, untuk fasilitas umum 193, jalan 95, 14 jembatan, 24 irigasi, 9 jringan listrik, 2 jaringan komunikasi, 6 tempat ibadah, 22 lokasi lahan pertanian, 1 perkebunan, 6 perikanan, 1 perdagang (pasar), 1 kesehatan (puskesmas) 9 pendidikan (sekolah) 1 perkantoran, 2 lingkungan. “Dari total kejadian tersebut, perkiriaan kerugian dari hasil laporan dan bukan asesmen sampai 31 Desember 2022 mencapai Rp 11 miliar,” ungkapnya.
Banyaknya bencana yang terjadi, jelas menjadi perhatian serius BPBD Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi tahun 2023. Artinya kewaspadaan harus semakin ditingkatkan, mulai dari meningkatan kesiapsigaan baik sarana dan prasarana seperti kelengkapan peralatan untuk penanganan dan kapasitas SDM atau relawan.
Kemudian, kata dia, yang tidak kalah penting adalah terus melakukan sosialisasi relawan yamg ada di setiap daerah untuk meningkatkan kewaspadaan. “Karena sangat penting sosialisasi kebencanaan kepada relawan ini, sehingga mereka benar-benar paham soal kebencanaan dan cara menanganinya. Dampaknya risiko bencana bisa ditekan,” ucap dia.
Selain meningkatkan kapasitas relawan, lanjut dia, BPBD juga tidak henti melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait kebencanaan. “Terhadap masyarakat juga sangat penting soal kebencanaan ini, sehingga masyarakat mengetahui apa yan harus dilakukan ketika bencana terjadi. Misalnya saja ketika ada gempa, harus sabar dan jangan panik. Kemudian harus disepakati juga jalan keluar rumah ketika ada gempa bersama keluarga. Jadi kepanikannya harus tetap dikontrol,” jelas dia.
“Kemudian dalam menghadapi bencana harus siap termasuk mental, emosional kemudian tangguh bencana. Tangguh itu menganggap bencana itu sahabat, artinya harus siap menghadapi bencana alam. Misalnya ketika tinggal di rumah rawan lomgsor, ketika hujan deras harus cepat mengungsi. Kalau Sahabat Bencana ini adalah Siaga Hadapi Bencana Alam Tasikmalaya,” pungkasnya.
Kemudian, lanjut dia, dalam penanganan bencana juga ada yang tertangani oleh BPBD dan swadaya masyarakat secara goton royong. ”Termasuk ada, bahkan sering dilakukan kerja sama BPBD dan masyarakat dalam penanganan bencana alam,” pungkasnya. (yfi)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!