TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tahun politik ini, bulan Ramadan yang penuh nilai religius tidak akan lepas dengan nuansa politis menjelang Pilkada 2024. Meskipun sarat akan kepentingan, apa pun yang dilakukan seyogianya diniatkan untuk kebaikan.
Tidak bisa dipungkiri, orang-orang politik selalu mampu memanfaatkan setiap momen, termasuk Ramadan. Namun tidak ada yang bisa melarang juga, selama apa yang dilakukan merupakan hal positif.
Pengamat politik Asep M Tamam menuturkan bahwa hal itu menjadi realitas di tahun politik. Bulan Ramadan ini akan menjadi momen aktualisasi figur-figur meningkatkan citra positifnya di masyarakat. “Kalau dari kebiasaan memang seperti itu,” ujarnya kepada Radar, Senin (11/3/2024).
Baca Juga:H-1 Ramadan, Rumah Warga Terbakar di TasikmalayaDuo Budi Bertemu, Bahas Peta Politik di Kota Tasikmalaya Menjelang Pilkada 2024
Banyak momen yang menurutnya biasa dimanfaatkan dari mulai tarawih keliling dan buka bersama. Apalagi mendekati lebaran nanti, pemberian santunan juga sering menjadi kerja politik. “Tapi diharapkan tidak terlalu berlebihan,” ujarnya.
Melihat psikologis masyarakat saat ini, menurutnya di bisa jadi ini menjadi beban bagi kandidat. Karena melihat Pemilu beberapa waktu lalu, kegiatan politik bukan lagi diinisiasi oleh kandidat atau parpol. “Sekarang masyarakat pun berinisiatif, mengundang dan sebagainya,” ucapnya.
Di satu sisi ini kegiatan kandidat akan menunjukkan kepentingan politiknya. Namaun di sisi lain, mereka juga harus mempu menunjukkan sisi positifnya, khususnya nilai-nilai religius di publik. “Jadi bagi kandidat-kandidat yang punya niat maju, tentu ini jadi dilema juga,” ucapnya.
Maka dari itu menurutnya wajar ketika di bulan Ramadan kandidat lebih aktif berkegiatan di masyarakat. Namun diharapkan mereka tetap mengedepankan niat untuk berbuat baik dan meningkatkan jiwa religiusnya. “Jadi yang dikedepankan bukan kepentingan politiknya, tapi memang nilai kebaikannya,” ucapnya.
Masyarakat pun diharapakan tidak memanfaatkan kepentingan politik dari kandidat untuk kepentingan tertentu. Biarkan hal tersebut mengalir secara natural. “Karena sikap dari masyarakat juga berpengaruh kepada para kandidat,” terangnya.
Hal ini juga sedikit banyak akan memunculkan asumsi-asuimsi di masyarakat. Siapa pun yang tiba-tiba melakukan kegiatan religius atau kepedulian sosial akan diasumsikan punya kepentingan politik. “Mungkin akan ada juga orang yang niatnya ibadah, tapi diasumsikan punya kepentingan politik,” terangnya.(*)