Puluhan Usaha Mebel di Kota Tasikmalaya Gulung Tikar, Kalah Bersaing dengan Produk China?

mebel
salah seorang perajin kayu menyerut kayu di rumahnya di Sindanggalih Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. (Ayu Sabrina B)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sekitar 40 pengusaha mebel di kawasan Kampung Sindanggalih, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya gulung tikar.

Persaingan usaha dengan merek Tiongkok alias China, jadi salah satu penyebab terpuruknya para perajin tersebut.

Hal ini diungkapkan Deden (50), yang sudah membuka usaha mebel secara mandiri dari rumah sejak tahun 2003. Kondisi tak menguntungkan menurutnya berawal sejak tahun 2017 hingga sekarang.

Baca Juga:Peringati Hari HAM Sedunia ke-75, Kota Tasikmalaya Raih Peringkat 4 Nasional Penghargaan Kota Peduli HAMJumlah Caleg Stres Pada Pemilu 2024 Diprediksi Akan Menurun

“Dulu bukan hanya saya, sekitar sini semuanya adalah pengrajin dan punya usaha mandiri di rumahnya,” ungkapnya kepada Radar, Minggu (10/12/2023).

Perajin yang sudah menggeluti usaha kayu sejak tahun 1990 itu juga menerangkan awal keterpurukannya adalah karena kenaikan harga kayu dari tahun ke tahun yang signifikan.

Jika pada tahun tahun 2003 ia bisa membeli kayu dengan harga Rp 250 ribu per kubik, maka sekarang harganya sudah Rp 1,5 juta per kubik.

Sementara dari sisi pasar, usaha tukang mebel mereka juga mulai tersaingi oleh mebeuler berbahan plastik. Bahan ini lebih ringan, praktis dan mudah dirakit.

Sehingga banyak pelanggannya yang lari Ke bahan mebel tersebut. Dari sisi harga juga relatif lebih murah.

“Sekarang lebih banyak pilih lemari plastik merk China. Bangku sekolah juga sekarang lebih memilih yang seperti dipakai di kampus-kampus, terbuat dari besi,” tuturnya.

Padahal, bagi Deden untuk keawetan produk kayu yang dibuatnya itu berani diadu dengan merk kekinian dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Baca Juga:Waktunya UMKM Naik Kelas, Gerakan Perempuan Tangguh Upgrade Metode Pemasaran dan Pengemasan Produk LokalNih Kenalin Caleg Muda di Kabupaten Tasikmalaya: Muda dan Bisa Diandalkan!

Kini, Deden dan juga 40 pengusaha mebel lainnya memilih kerja serabutan dan hanya menunggu pesanan jika ada yang membutuhkan tenaganya untuk produksi mebel.

“Kita kalau ada yang pesan ya bekerja, kalau enggak ya menganggur,” ujarnya.

Sudah Berhenti Produksi

Hal serupa juga diutarakan pemilik Toko Riswana Jaya Mebel, di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.

Toko yang semula memiliki empat pegawai itu, kini hanya mengandalkan sang pemilik untuk berjaga di kios.

0 Komentar