TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID â Stigma bahwa politik adalah milik kaum pria masih sangat melekat di masyarakat.
Meski sudah banyak perempuan berkiprah pada bidang ini, namun jumlahnya masih sangat sedikit.
Sehingga obrolan-obrolan tentang politik lebih banyak mengisi ruang-ruang pembicaraan kalangan kaum Adam.
Baca Juga:Kemenag: Pelunasan Biaya Haji 2024 Bisa Mulai Dicicil dari SekarangKurang Ramai, Lorong Kawasan Tematik Tasikmalaya Hanya Dikunjungi Pejabat
Hal ini kemudian coba diingatkan oleh Gerakan Perempuan Tangguh (GPT) Jawa Barat lewat diskusi bertajuk “Demokrasi dalam Tata Nilai Kearifan Lokal, yang dilaksanakan Kamis (4/2) di RM Sambel Hejo, Cibeureum, Kota Tasikmalaya.
Salah satu pemateri diskusi, Asep Rizal Asyâari mengatakan bahwa kalangan perempuan dan Gen Z sama-sama punya hak dalam berpolitik.
Namun jarang dari mereka menyadari pentingnya pengetahuan tentang politik. Sehingga diperlukan edukasi tentang politik kepada kalangan ini. Khususnya perempuan.
“Hari ini seolah-olah politik obrolan para pria, kekuasaan hanya bisa diraih laki-laki. Kita edukasi bahwa perempuan punya hak yang sama,” ucap Asep.
“Kegiatan seperti inilah, yang perlu dilakukan untuk terus memberikan edukasi ke gen Z dan juga perempuan bahwa melek politik itu penting untuk masa depan mereka dan juga masa depan bangsa,” sambungnya.
Dalam diskusi itu ia juga mengingatkan pentingnya menyadari keberagaman suku, budaya, hingga agama yang ada di Indonesia dalam memahami politik. Sehingga demokrasi berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal benar-benar bisa terwujud dan tidak mengarah para perpecahan.
“Hari ini saya mengutarakan tentang kebhinekaan. Indonesia tidak kuat kalau tidak bersama-sama mendorong kekayaan yaitu keberagaman yanga ada di sekitar kita,” tuturnya.
Baca Juga:Manajemen Mall di Ciamis Tak Tahu SLF, Akibat Sosialisasi Pemerintah Tidak Masif?Lanjutkan Jalan Lingkar Utara, Pemkot Tasikmalaya Berharap Dapat Alokasi Anggaran Tahun Ini
Pemateri lainnya, Myftah Farid, juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya pendidikan politik sangat penting bagi generasi millenial dan juga perempuan.
Sehingga mereka tidak hanya menjadi pengekor ketika tahun Pemilu tiba. Tapi benar-benar memiliki pilihan sendiri.
“Banyak yang hari ini, bapaknya milih A maka milih A. Tokoh masyarakat pilih B maka pilih B. Ini tidak didasari keinginan yang bebas dari konstituen,” ujarnya saat menyampaikan materi.