TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Tasikmalaya, Deden Faiz Taptajani, mengkritik keras perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tasikmalaya ke-23 yang dirasa terlalu menekankan kemeriahan.
Menurutnya, Pemerintah Kota Tasikmalaya seharusnya tidak mengutamakan kemewahan, tetapi lebih fokus pada kesejahteraan masyarakat.
Deden menyebut Tasik Oktober Festival (TOF), yang menjadi acara tahunan dalam rangka HUT Kota Tasikmalaya, hanya memberikan kesenangan bagi segelintir pihak.
Baca Juga:TPP Pegawai Pemkab Ciamis Sering Telat, Tokoh Pemuda Usul Pemerintah Lakukan Penyesuaian AnggaranIvan Dicksan Sebut Petiga Idaman Pendukung Paling Solid dan Mengakar di Pilkada 2024!
“Event yang digelar setiap bulan Oktober dalam rangka memperingati hari jadi Kota Tasikmalaya hanya menampilkan pagelaran yang itu-itu saja. Seharusnya hari jadi Kota Tasikmalaya menjadi momen refleksi bagi pemerintah untuk memberikan kado kesejahteraan bagi warga Kota Tasikmalaya,” ujarnya, Kamis 10 Oktober 2024.
Ia menegaskan bahwa banyak masalah yang masih membayangi Kota Tasikmalaya, termasuk kemiskinan yang tinggi. Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024, jumlah penduduk miskin di Kota Tasikmalaya mencapai 76.710 jiwa, dengan persentase kemiskinan 11,10 persen dan garis kemiskinan Rp 565.377 per kapita per bulan.
“Artinya ini PR besar bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya, belum lagi persoalan geng motor dan angka kriminalitas yang terus meningkat di Kota Tasikmalaya,” lanjut Deden.
Selain itu, Deden juga menyoroti masalah sampah yang mencapai 180-200 ton per hari, jumlah yang tidak menunjukkan penurunan signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Ia mengkritik bahwa pemerintah kota lebih sibuk dengan perayaan sementara berbagai masalah mendasar belum terselesaikan.
“Pemerintah hanya sibuk membuat event perayaan hura-hura. Namun melupakan bahwa, Kota Tasikmalaya sedang tidak baik-baik saja,” tambahnya.
Helaran budaya yang melibatkan Aparatur Sipil Negara (ASN) juga tidak luput dari kritik Deden. Ia menilai acara tersebut hanya menonjolkan pejabat yang bersolek dan berpestapora, sementara masyarakat hanya menjadi penonton di pinggiran.
Baca Juga:Kuota Guru PPPK di Ciamis Hanya 40 OrangMAN 1 Tasikmalaya Borong Piala di Kemah Bakti Sebatalyon Kabupaten Tasikmalaya
“Pagelaran budaya yang diikuti oleh seluruh pejabat lalu masyarakat hanya berdiri di pinggiran, menonton mereka berpestapora, seperti halnya para penjajah yang ditonton rakyat dengan segudang masalah,” cetus Deden.
Ia menegaskan bahwa pejabat seharusnya merasa malu mengadakan perayaan di tengah banyaknya tugas yang belum diselesaikan.