Penyatuan Ulama, Hindari Konflik

Penyatuan Ulama, Hindari Konflik
BERSATU. Para tokoh ulama Kota Tasikmalaya berpose saat silaturahmi di Gunung Siman Kelurahan Karikil Kecamatan Mangkubumi, Minggu (7/8/2022). foto: Rangga Jatnika / Radar Tasikmalaya
0 Komentar

TASIK, RADSIK – Para tokoh ulama Kota Tasikmalaya bersilaturahmi untuk menjaga komitmen persatuan. Adanya perbedaan-perbedaan pendapat tidak perlu menjadi pemicu terjadinya perpecahan.

Silaturahmi tersebut dilaksanakan di Gunung Siman Kelurahan Karikil Kecamatan Mangkubumi, Minggu (7/8/2022). Para ulama dari lintas organisasi mengemukakan pandangannya agar keharmonisan tetap terjaga di tengah perbedaan.

Narasi yang dibangun dalam kegiatan tersebut yakni penyebab tidak harmonisnya terlalu mengedepankan perbedaan. Bahkan perbedaan itu malah jadi alat untuk saling menyalahkan satu sama lain.

Baca Juga:Era Baru MaluMendung Udan

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Perwakilan PD Persis Kota Tasikmalaya Ustaz Budhi Setiadi SS MPd menjelaskan pada dasarnya semua ulama lintas organisasi berpatokan pada pedoman yang sama. ”Bahwa rujukannya Quran dan Assunnah,” ujarnya.

Namun pada pelaksanaan teknisnya, masing-masing punya ijtima yang berbeda. Hal itu bukan berarti satu sama lain harus saling menyalahkan, tetapi harus saling memahami agar bisa terus bersama. ”Kita kuatkan kebersamaan ini sampai kapan pun,” ucapnya.

Ketua PUI Kota Tasikmalaya Ustaz Agus Setiawan menjelaskan bahwa ikhtilaf ulama sejak dulu sudah ada. Namun keharmonisan bisa tetap terjaga dengan saling menghargai supaya keragaman yang ada bisa memberikan kemaslahatan. ”Jadikan ini potensi, jangan dijadikan ancaman,” katanya.

Bahkan dengan orang kafir pun bukan berarti secara pergaulan harus dimusuhi. Niatkan berbuat baik kepada mereka supaya tidak mengganggu. ”Kalau kita punya orang tua kafir, kita tidak boleh menurutinya. Tapi kita harus menjaga mempergauli mereka,” tuturnya.

Ketua PD Muhammadiyah Kota Tasikmalaya H Syarif Hidayat menjelaskan bahwa perbedaan ada di mana-mana. Hal itu merupakan dinamika kehidupan dari mulai beda agama, pandangan politik dan perbedaan lainnya. ”Sama agamanya beda mazhabnya, sama mazhabnya beda politiknya, sama politiknya beda pendapatnya, sama pendapatnya beda pendapatannya,” ucapnya berseloroh.

Salah satu isu yang kerap menimbulkan perpecahan yakni menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Pihaknya percaya semua organisasi ingin Islam bisa tegak di negara ini. ”Bukan menjadikan Indonesia negara Islam, tapi ajaran Islam di Indonesia bisa berjalan,” ujarnya.

0 Komentar