Pegawai Puskesmas Parungponteng Dituntut Pahami Soal Kebencanaan, BPBD Kabupaten Tasikmalaya Gelar Simulasi

PARUNGPONTENG, RADSIK – Pegawai Puskesmas Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya mulai mengikuti simulasi penanggulangan bencana dan kebakaran, Rabu (25/10/2023).

Analis Kesiapsiagaan Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kabupaten Tasikmalaya Aam Muharam SIP mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka persiapan reakreditasi di tiap-tiap puskesmas se Kabupaten Tasikmalaya yang jumlahnya ada 40 puskesmas ditambah beberapa klinik.

“Itu permintaan dari puskesmas dan klinik kebutuhan untuk reakreditasi. Dalam hal ini, BPBD tidak hanya menggugurkan sebuah kewajiban mereka karena akan reakreditasi saja. Melainkan lebih bagaimana untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan di lingkungan masing-masing terkait dengan potensi bencana yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya,” ujarnya kepada Radar.

Kata Aam, yang paling utama penanggulangan bencana ancaman bencana gempa bumi dan kebakaran yang terjadi di gedung perkantoran. Terutama gempa bumi, di kita megathrust dengan kekuatan 8 hingga 9 magnitudo.

Kemungkinan memunculkan gelombang tsunami setinggi 30 meter. Itu harus diwaspadai, khusus untuk tsunami di pantai selatan, seperti di Cipatujah, Karangnunggal dan Cikalong.

Baca Juga: Heboh!! Mie Gacoan Bakalan Buka di Tasikmalaya? Siap Ngantre? Cek Kebenarannya Yuk

Sebetulnya, bagaimana meningkatkan kesiapsiagaan dalam rangka menghadapi guncangan gempa buminya. Sebab, guncangan gempa bumi dengan kekuatan sangat hebat.

Oleh karena itu, dibuatlah sebuah sistem di tiap-tiap puskesmas, mengacu kepada hospital atau puskesmas disaster plan. Mereka membuat sebuah sistem dengan prosedur dan SOP-nya. “Dengan demikian, ketika terjadi situasi darurat bencana, mereka sudah bisa melakukan tindakan-tindakan darurat,” ucapnya.

Termasuk, kata dia, untuk pemadam kebakaran simulasinya tidak hanya untuk pegawai saja. Melainkan juga untuk pasien dan pengunjung rawat jalan, mereka juga diberikan pengetahuan bagi mereka.

“Ada beberapa puskesmas yang akhirnya di dalam pelatihan itu kita bangun SOP, tapi SOP-nya dijalankan. Sehingga dibuatkan sebuah simulasi yang diakhirnya dibentuk sebuah video untuk tontonan dan tuntunan,” ucap dia, menjelaskan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *