Menurut Dosen Ilmu Gizi Ini Tingkat Keberhasilan Intervensi Stunting Lewat Makanan Tak Bisa Diukur

stunting
ilustrasi: net
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Angka stunting di Kota Tasikmalaya kembali naik setelah SSGI merilis hasil survei terbaru. Yakni sekitar 5 persen.

Padahal pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk menekan jumlah anak stunting. Seperti dengan program “One ASN One Stunting“ pemberian makanan tambahan dan lainnya.

Dosen jurusan Ilmu Gizi, Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, Irma Nuraeni MPH, mengungkapkan tingkat keberhasilan program pengendalian stunting sebenarnya sulit diukur.

Baca Juga:Ulama Banjar Sepakat Dukung Supriana Maju Pilkada30 Tahun Sudah Jadi Pelayan Publik, Ivan Dicksan Ingin Kota Tasik Lebih Nyaman!

Sebab makanan tambahan yang diberikan pemerintah belum tentu hanya dikonsumsi oleh si anak penderita stunting saja.

“Ya susah juga memastikan telur itu (makanan tambahan, red) dikonsumsi khusus sama anaknya (yang mengalami stunting). Kalaupun ada program bagi makanan, setelah selesai mereka kembali ke kebiasaan makanannya. Sebab tidak berdaya dengan kemampuan ekonomi mereka,” ungkapnya kepada Radartasik.id pada Jumat 24 Mei 2024.

Ia juga menjelaskan bahwa untuk memastikan bantuan makanan khusus anak stunting benar-benar dikonsumsi secara berkala bukanlah hal mudah. Sebab bisa saja ketika program bantuan makanan berakhir maka konsumsi makanan bergizi juga berakhir.

“Ada istilah daripada memberi ikan yang siap makan, lebih baik kasih kailnya, atau kolamnya. Kemudian daripada memberikan telur, lebih baik ayamnya, agar warga bisa berdaya dan intervensi makanan tidak berhenti saat program juga berhenti,” sambungnya.

Terpisah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tasikmalaya, Bagas Suryono, menilai program One ASN One Stunting sudah gagal. Data terkini yang dirilis Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, terdapat 5.020 kasus stunting atau sebanyak 27 persen di tahun 2024.

“Pertama masalah ekonomi masyarakat, yang kedua sosialisasi juga penting. Ini kan yang paling kurang sosialisasinya dari Pemerintah Kota Tasikmalaya,” papar Bagas.

Menurutnya Pemerintah Kota Tasikmalaya, mesti paham bahwa faktor kenaikan Stunting, juga termasuk pada minimnya literasi soal kesehatan.

Baca Juga:Mantan Komisioner KPU Kota Banjar Memilih Daftar Sebagai Bakal Calon Wakil Wali Kota, Lebih Realistis?H Amir Mahpud Sang "Penganut Mazhab Survei" Tentukan Pendamping Viman di Pilkada 2024!

“Masyarakat kurang tahu apa itu Stunting. Iya Pemerintah Kota Tasikmalaya punya program satu ASN satu anak stunting. Karena sosialisasinya kurang,” terangnya.

Bagas pun menyarankan program One ASN One Stunting itu, dilakukan penambahan kuantitas anak asuhan.

0 Komentar