Menulis dengan Kaki, Pengidap Cerebral Palsy di Kota Tasikmalaya Ini Sukses Luncurkan Buku Kedua

cerebral palsy
Desida sukses meluncurkan buku keduanya berjudul I\'Am meski dengan keterbatasan fisiknya yang hanya bisa menulis dengan kaki. (Ayu Sabrina B/Radartasik.id)
0 Komentar

Desida Rohmatul Fadillah (18) merupakan penulis buku berkubutuhan khusus asal Gunung Kondang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Baru-baru ini ia meluncurkan buku keduanya berjudul I’Am. Ia merupakan pengidap cerebral palsy. 

Oleh: Ayu Sabrina

TAWANG

Ini bukanlah buku pertama yang diluncurkan gadis berkebutuhan khusus itu. Sebelumnya ia pernah meluncurkan buku pertama berjudul “Si Gadis Cacat”. Sesuai dengan kondisinya, ia menulis buku tersebut menggunakan kaki. Bukan tangan.

Sejak kecil, Desida memang menyidap penyakit cerebral palsy. Sebuah gangguan fungsi syaraf yang menyebabkan pengidapnya mengalami gangguan motorik tubuh. Kendati demikian, hal itu tak menghalangi Decida untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang penulis.

Baca Juga:Gudang Peluru Kodam Jaya Meledak, Ini Penjelasan Kapendam!Buka Gema Ramadan 2024, Ketua Kwarcab Pramuka Kota Tasikmalaya HM Yusuf Bilang Begini

Dalam keterbatasannya gadis dengan lesung pipi indah ini punya mimpi besar membantu ibu kandungnya yang selama ini telah berjuang membesarkannya. Desida termotivasi menulis untuk membantu sang ibu yang selama ini terlilit utang. Uang dari hasil ngutang itu dipakai sang ayah berobat karena sakit-sakitan.

Awalnya Desida mengenyam pendidikan di sekolah dasar umum dekat rumahnya. Yakni SDN Mangkubumi. Namun lantaran kondisinya yang sudah sejak lahir tidak sempurna, ia hanya bisa belajar di sekolah itu selama sepekanb.

Berikutnya ia diarahkan masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB).  Ia pun akhirnya pindah ke ke SLB Bahagia di Jalan Karoeng, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya. Kemudian bertemu dengan guru pembimbing bernama Pipih Suparmi. Di sanalah ia mengembangkan bakat dan mimpi besarnya untuk menjadi seorang penulis.

Sampai pada akhirnya cita-citanya menulis tentang kehidupan, mimpi, dan perjuangan, dalam setiap kata yang dituliskannya mendekati sebuah kenyataan. Kepada Radar, Decida mengaku memerlukan waktu sekitar 4 bulan untuk menuntaskan penulisan buku keduanya. “Saya 4 bulan tulis buku kedua ini,” kata dia sembari terbata-bata karena keterbatasannya.

Penyakit Celebral Palsy yang diderita tak menyurutkan semangatnya untuk menjadi penulis besar. Dengan jari jemari kakinya ia berlatih menulis naskah pada ponsel. Sida pun akhirnya mampu menyelesaikan sebuah buku dengan judul ‘Si Gadis Cacat’ dalam kurun waktu sebulan lebih.

0 Komentar