Menjelang Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke-22, Rakyat Kecil Masih Belum Sejahtera

hari jadi kota tasikmalaya
Ujang membantu pengendara keluar dari tempat parkir di kompleks olahraga Dadaha. (Foto: Ayu Sabrina B)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Siang itu di pusat kompleks olahraga, Dadaha, seorang pria berompi hijau tengah meniup peluit sembari menganyunkan tangannya dari kanan ke kiri.

Mengenakan topi andalannya, untuk menepis teriknya sinar matahari, sang juru parkir ini berjaga dari terbit hingga terbenamnya matahari.

“Prit, prit, yak mundur terus!” Teriak pria itu.

Namanya Ujang (50), warga asli Kota Tasikmalaya yang sudah menjadi juru parkir di Kompleks Olahraga Dadaha selama 12 tahun.

Baca Juga:Rilis di Album Perdana DEWA 19 Tahun 1992, Lagu Kangen Sukses Menjadi All Time HitsCara Mudah Transfer Saldo DANA ke OVO dengan 3 Langkah, Lebih Cepat dan Praktis

Ia senang, setiap ada perayaan yang digelar di pusat olahraga itu, pendapatannya bertambah.

Namun, di waktu yang sama ia juga teringat akan nasibnya yang dari tahun ke tahun hanya bergantung pada lahan parkir di pinggir jalan itu.

Selama 12 tahun, baginya tidak ada yang berubah dari Kota Tasikmalaya, selain suasana dan banyaknya gedung dibangun.

Hingga nanti perayaan Hari Jadi Kota Tasikmalaya pada 17 Oktober 2023, ia bahkan tak berharap banyak. Hanya, ingin juga merayakan dan ‘kecipratan’ pesta kota santri ini.

“Padahal mah buat sederhana aja, tapi manfaatna ageng ka masyarakat. Ujung-ujungnya anggaran etateh ku dewan terus ku pejabat tinggi hungkul,” kata Ujang sambil menggerutu.

Ayah dari dua anak ini juga bercerita, sebagai rakyat kecil ia tak pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

Anaknya yang kini duduk di bangku SMP pun tidak mendapatkan bantuan pendidikan.

Baca Juga:Hati-Hati! Jangan Ada Hati yang Tersakiti Saat Perayaan Hari Jadi Kota TasikmalayaJenis-Jenis Penipuan Mengatasnamakan Aplikasi DANA, Kenali Modusnya Agar Kamu Selamat!

“Sudah mengajukan KIS ke Dinsos, tapi tidak di-acc karena kehabisan kuota katanya. Nu menangna angger we anak dewan, pamarentah, ningrat , masyarakat mah bayar (yang mendapat KIS tetap saja anak dewan, pemerintah, ningrat, masyarakat tetap harus bayar, Red),” ucap Ujang berseringai.

Sejak Pandemi Covid-19, Ujang juga tak pernah terdaftar sebagai penerima bantuan sosial. Padahal, dari segi  ekonomi ia terengah-engah dalam melunasi utangnya.

“Kalau ada (bansos) juga ya diambil oknum, saya mah bantuan pas covid-19 juga gak dapet,” ujarnya.

0 Komentar