Mau Tahu Kota Tasik dalam Pandangan Kang Syarif Bastaman, Pasar Besar Loh, Yuk Simak

Syarif Bastaman
Syarif Bastaman.
0 Komentar

“Musik pengamen! Tapi kualitasnya bagus. Kenapa bagus? Karena Dewan Kesenian Kota menyeleksi tiap calon pengamen. Jigana di Tasik oge tiasa da Tasik mah gudang seniman,” tantang Kang Iip.

“Amsterdam central ini luasnya ti kaum ka Padayungan. Teu meunang asup mobil. Ngan sapedah jeung leumpang.  Tasik oge kudu jiga kitu engkena. Panas? Atuh pelakan tatangkalan,” kota di Belanda jadi contoh berikutnya yang dipaparkan.

Menciptakan kota yang nyaman dan bersih atau resik, ternyata Kang Iip meyakini tidak harus tergantung pemimpin formal.

Baca Juga:Menyongsong Coretax, Kepala KPP Pratama Tasikmalaya: Jadikan Hari Pajak sebagai Momentum untuk Terus BerbenahKPP Pratama Tasikmalaya Gelar Pajak Bertilawah hingga Donor Darah

“Tasik mah tidak perlu tergantung pada pemimpin formal kok. Yang penting asal guyub, ada satu kesatuan cita-cita ingin punya Kota Tasik yang resik lagi, yang genah untuk didatangi, yang bersih dari sampah dan yang warganya sejahtera bisa kok,” yakinnya.

“Saya siap urun rembug bahkan siap membantu ekonomi kewargaan jika ada proposal bisnis berbasis warga yang bagus,” janji pemilik bisnis Syabar Energi ini.

“Tasik mah bali geusan ngajadi buat saya. Maka apapun soal Tasik saya pasti akan berusaha membantu,” sambungnya menegaskan.

TENTANG SAMPAH

“APBD tasik terlalu kecil. Cuma 1,5 T. Tidak akan bisa diandalkan untuk menata kota apalagi menyejahterakan warganya. Hanya cukup untuk bayar gaji dan operasional,” ujar Kang Iip.

“Yang penting pemda mah ulah korupsi we. Warga pasti dukung. Nah ekonomi warga, kemajuan dan keindahan kota serahkan kepada warga,” tandasnya.

“Soal sampah misalnya, jangan menggantungkan pada APBD. Sampah itu soal mindset! Kalo semua warga sudah bisa seperti orang Bali yang tidak membuang sampah sembarangan, Tasik pasti bersih. Dan untuk tertib dan bersih tidak butuh APBD, butuh akhlak!” Tegas Kang Iip.

“Saya malah punya usul agar kata ‘sampah’ mulai dibuang dari KBBI. Karena sampah artinya adalah barang yang dibuang. Padahal membuang barang tidak sesuai dengan ajaran Islam,” tambahnya.

Baca Juga:Lahan Parkir Swasta di Pantai Pangandaran Harus Tempuh Izin, Bupati Jeje Wiradinata Tahu Ada PungliTJSL PLN Peduli, Mengangkat UMKM Menuju Kemandirian Ekonomi

“Bahasa Inggris pun sudah tidak lagi menggunakan kata ‘garbage’ untuk sampah. melainkan “waste” atau sisa yang diupayakan untuk bisa dimanfaatkan. Karena budaya baru sekarang menganut jargon ‘zero waste’ tak boleh ada sisa,” terangnya.

0 Komentar