Mangkubumi dan Tawang Kasus DBD Tertinggi

Mangkubumi dan Tawang Kasus DBD Tertinggi
MENGECEK. Warga saat mengecek perkembangan kasus DBD melalui website Mikotas Kota Tasikmalaya dengan smartphone, Jumat (2/9/2022). Foto: Firgiawan/Radar Tasikmalaya
0 Komentar

CIHIDEUNG, RADSIK – Warga Kota Tasikmalaya yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) belum berhenti. Sampai 1 September 2022, tercatat 1.530 kasus dengan korban meninggal dunia 23 pasien.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Asep Hendra menuturkan, tren kenaikan kasus itu terjadi tidak hanya di daerah. Jawa Barat secara nasional, menjadi provinsi paling tinggi kasus yang disebabkan nyamuk tersebut di sampai pertengahan tahun ini.

“Memang tren se-Indonesia meningkat. Jabar sendiri tertinggi dengan total kasus sampai 22 ribuan, dibanding provinsi lain yang hanya 7 ribu, 5 ribuan kasus saja,” ujarnya kepada Radar, Jumat (2/9/2022).

Baca Juga:Bongkar Cepat, Pasang LamaPartai Politik Asal Mencatut Data

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Padahal, lanjut Asep, tahun lalu total kasus sampai pertengahan tahun hanya di angka 12 ribu sampai dengan 14 ribuan kasus saja. Tahun ini, diperburuk lantaran tingginya kasus di beberapa kota-kabupaten, yang salah satunya Kota Resik menyumbang angka kasus lima besar se-provinsi. “Per kecamatan kasus tertinggi Mangkubumi 207 kasus, melampaui periode sebelumnya dimana kasus tertinggi terjadi di Tawang yang sekarang di angka 199 kasus,” rincinya.

Asep menyebut berdasarkan hasil inventarisasi kasus di lapangan, dengan menerjunkan tim penyelidikan epidemiologi. Mayoritas penyebab jentik tidak hanya di halaman atau lingkungan warga, melainkan di dalam rumah. “Sampai saat ini kami catat sering itu di dalam rumah, talang air pada dispenser, bak mandi, kulkas dan perabot lainnya, bahkan toilet yang tidak intens digunakan jadi sarang jentik nyamuk,” ungkap Asep.

Anggota Dewan Pengawas RSUD dr Soekardjo ini menyebut, sudah berulangkali melakukan rapat koordinasi dengan stakeholder kewilayahan. Menggalakan operasi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan jumsih.

Hanya saja, ada beberapa kasus di wilayah, warga yang belum terdampak DBD enggan bahkan keberatan ketika petugas datang mengecek bagian rumah yang kerap menjadi tempat bersarang nyamuk. “Jumsihnya melancarkan selokan dan babat rumput, dalam rumah malah tak dicek. Harus dicek dan laporkan milik masing-masing rumah seperti apa. Tapi, kendalanya kadang warga tak mengizinkan petugas masuk ke rumah selagi belum ada kasus,” katanya menceritakan.

0 Komentar