Mahasiswa STIABI Riyadlul Ulum Tasikmalaya Belajar Jurnalistik ke Radar Tasikmalaya, Terpacu Mahir Menulis dan Berkarya

STIABI
Mahasiswa STIABI Riyadul Ulum belajar jurnalistik di Kantor Radar Tasikmalaya, Selasa (9/1/2024). (AYU SABRINA/RADAR TASIKMALAYA)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID- Belasan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam atau STIABI Riyadul Ulum, Pesantren Condong, Kota Tasikmalaya belajar tentang Jurnalistik di Graha Pena Radar Tasikmalaya, Selasa (9/1/2024).

Kunjungan tersebut disambut langsung oleh Pemimpin Redaksi (Pemred) Radar Tasikmalaya Sandy Abdul Wahab. Ia menjelaskan modal yang harus dimiliki seorang jurnalis kepada 17 mahasiswa tersebut.

“Tidak sembarang orang bisa mengklaim dirinya jurnalis. Menjadi jurnalis pun wajib punya kemampuan berbicara, agar bisa mewawancara, mendapatkan data dan fakta. Rasa malu harus disisihkan, keberanian yang dimunculkan,” ungkap Sandy.

Baca Juga:SDN Indihiang Kota Tasikmalaya Terapkan Pendidikan Karakter 5SSiswa SDN Mangkubumi Kota Tasikmalaya Antusias Masuk Hari Pertama Sekolah

Pemred juga mengatakan pentingnya membaca dalam proses menulis berita. Sehingga, para jurnalis dituntut untuk selalu meningkatkan kapasitasnya melalui berbagai pengetahuan.

“Bagaimana cara menulis yang baik? Ya dengan memulai menulis. Orang yang berbicara belum tentu bisa menulis, untuk bisa berbicara dan menulis harus rajin membaca. Menulis dengan baik dan benar bisa dimulai dengan menulis secara daily,” tandasnya.

Mahasiswa juga diajarkan untuk bisa membedakan fakta dan yang seolah-olah fakta. Sebab, dalam berita tidak boleh mencampurkan opini jurnalis.

“Karya jurnalistik dilarang setiap wartawan membuat tulisan berdasarkan imajinasi atau opini sendiri. Tapi harus berdasarkan fakta dan data yang ia hasilkan dari wawancara,” ucapnya.

“Dalam berita itu ada yang namanya kutipan, dan itu didapatkan dari narasumber. Sekarang banyak yang mengintrepretasikan dari medsos misalnya ke dalam tulisan berita,” tambah Sandy.

Ia mengibaratkan jurnalis seperti bunglon, yang bisa dengan mudah adaptasi dengan lingkungan dan tantangan di lapangan. “Menjadi seorang jurnalis harus seperti bunglon. Ke daun berwarna hijau menjadi hijau. Maksudnya itu, adalah harus fleksibel. jurnalis itu orang yang intelek, jaringan luas, koneksinya bisa hingga menteri dan presiden,” pungkasnya.

Diungkapkan Nushrotun Nida, Dosen Bahasa dan Satrsa arab, bahwa inisiatif kunjungan ke Radar Tasikmalaya berawal dari sering baca berita di radartasik.id.

Baca Juga:Band SMK Satya Bhakti Tasikmalaya Juara Favorit Musik Festival Pengurus OSIS dan Ekstrakurikuler Dilantik, SMAN 3 Tasikmalaya Siap Berprestasi!

“Setiap saya hendak pulang ke rumah selalu lewat depan Radar. Saya berpikir sepertinya bisa kunjungan ke sini, kemudian juga saya lihat dari beberapa media online suka muncul Radartasik.id,” tuturnya.

0 Komentar