Mahasiswa KKN Uniga Fokus Penanganan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Garut

mahasiswa KKN Uniga
Mahasiswa Uniga diangkut elf untuk melaksanakan KKN di wilayah utara dan selatan Kabupaten Garut, Selasa, 30 Juli 2024. (Agi Sugiana/Radartasik.id)
0 Komentar

GARUT, RADARTASIK.ID – Sebanyak 1.136 mahasiswa Universitas Garut (Uniga) berangkat ke wilayah utara dan selatan Kabupaten Garut. Mereka disebar untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2024.

Mahasiswa nantinya akan melakukan KKN selama 30 hari di 65 desa di 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut. 

Pelepasan mahasiswa KKN Uniga dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman.

Baca Juga:Serba Belum Siap, Relokasi PKL Jalan Ahmad Yani ke Jalan Pasar Baru Garut Butuh WaktuBawaslu Kabupaten Garut Temukan 7.250 Data Pemilih Tidak Memenuhi Syarat 

Herman Suryatman menyebut KKN dibutuhkan untuk membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan dan memberikan solusi. 

Salah satu yang menjadi perhatian adalah permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrem.

”Alhamdulillah Pak Rektor menginisiasi program KKN tematik ini yang spesifik ke stunting dan kemiskinan ekstrem,” ucapnya, Selasa, 30 Juli 2024.

Berdasarkan survei kesehatan Indonesia, stunting di Kabupaten Garut berada di angka 24,1 persen dan kemiskinan ekstrem di angka 0,36 persen. 

Dia berharap melalui kegiatan KKN, target new zero stunting di Jawa Barat, khususnya Kabupaten Garut bisa tercapai. ”Mudah-mudahan tahun 2024 dicapai di Garut ini,” katanya.

Menurut dia, nantinya di tengah masyarakat mahasiswa bisa memberikan edukasi terkait pentingnya minum tablet tambah darah. 

Ibu hamil wajib memeriksakan kandungannya, serta ibu hamil harus mengonsumsi protein hewani.

Baca Juga:Razia Kendaraan di Garut Selesai, Inilah Catatan Hasil Operasi Patuh Lodaya 2024 Tenda untuk PKL Jalan Ahmad Yani Garut Mulai Dipasang, Agenda Relokasi Dilakukan Akhir Bulan Ini

Rektor Universitas Garut Abdusy Syakur Amin mengatakan, KKN Uniga fokus pada stunting dan kemiskinan ekstrem karena berdasarkan permasalahan riil di lapangan. 

”Ya kita ketahui itu adalah masalah bersama di Indonesia, termasuk Jawa Barat, tentang stunting dan kemiskinan ekstrem,” katanya.

Dia menilai, cara ini merupakan model yang baik karena mahasiswa banyak dan bisa terjun langsung ke masyarakat. 

”Mahasiswa ini kan bisa menyebar ke masyarakat, sehingga bisa lebih efektif,” katanya. (Agi Sugiana)

0 Komentar