BANJAR, RADARTASIK.ID – Puluhan orang dari Kota Banjar dan sekitarnya mengikuti pelatihan vertical rescue. Latihan Gabungan Vertical Rescue Indonesia Mahardika ke-2 itu dilaksanakan tiga hari belum lama ini.
Pelatihan dipimpin founder Vertical Rescue Indonesia Tedi Ixdiana. Para peserta terdiri dari pelajar jenjang SMA, pecinta alam, mahasiswa, hingga relawan. Mereka berasal dari Kota Banjar, Ciamis, Banjarsari, hingga Tasikmalaya.
Sejumlah materi, baik teori maupun praktik disampaikan pemanjat 1.000 tebing Indonesia Tedi Ixdiana.
Baca Juga:Kodim 0625/Pangandaran Manfaatkan Lahan Kritis, Tanami Jagung Demi Ketahanan PanganLimbah Hotel Jadi Perhatian, Dinilai Bisa Mencemari Pantai Pangandaran, Dewan: Pemkab Harus Tegas!
“Materi yang kami sampaikan dan disimulasikan bagaimana mengangkat dan menurunkan serta menyeberangkan di ketinggian. Dari tebing ke tempat yang rendah atau sebaliknya,” ujar Fouder Vertical Rescue Indonesia Tedi Ixdiana, Jumat 18 Agustus 2023.
Tedi Ixdiana menuturkan, wilayah di sekitar terdapat kondisi medan tebing, dan jurang. Namun, vertical rescue tidak hanya tebing, tapi juga ada antena, bangunan tinggi, bahkan sumur.
“Intinya yang dilatihkan bagaimana bergerak di ketinggian dengan aman. Bagaimana naik meniti tali, turun menggunakan tali dan menyeberang dari tali ke tali sampai memasang ancor atau pancang di tebing, membuat ikatan,” katanya.
Pelatihan Vertical Rescue Dibutuhkan Setiap Relawan Kebencanaan
Koordinator Teknis Latgab Vertical Rescue Indonesia Mahardika ke-2, Dede Norton menyampaikan, pelatihan vertical rescue penting dan dibutuhkan, terutama para relawan maupun petugas kebencanaan. Mengingat bencana alam tidak menentu.
“Setiap petugas harus sudah siap dengan skill yang terlatih. Bukan hanya vertical rescue, tapi skill lainnya pun harus dikuasai. Seperti manajemen bencana, kaji cepat paska bencana, urban SAR, explorer SAR, water rescue, pertolongan pertama, water sanitasi, serta vehicle accident rescue,” kata Dede.
Dede Norton menambahkan, pelatihan vertical rescue juga dibutuhkan setiap relawan, terutama yang bertugas di kebencanaan di daerah.
Sehingga tidak harus menunggu tim dari pusat untuk datang melakukan evakuasi korban bencana. “Setiap personel BPBD harus sudah bisa menguasai itu, karena pekerjaannya itu,” kata Dede Norton. (*)