Lurah Singkup Apresiasi Pengelolaan Sanitasi Air Mandiri oleh Warga, Tak Membebani Pemerintah

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Warga Singkup yang kelola sanitasi air selama 12 tahun secara mandiri, diapresiasi Lurah Singkup sebagai penyelamat wilayah yang langganan kekeringan itu.

“Saya dan perangkat kelurahan mengapresiasi, tetapi tidak bisa memberikan penghargaan berupa materi atau lainnya, karena tidak ada dananya,” kata Pupung Nurdiansyah, Lurah Singkup, Jumat (1/9/2023).

Pupung juga menyebutkan bahwa, pengelola sanitasi air bersih Al-Ikhwan ini patut menerima apresiasi bahkan penghargaan dari pemerintah kota.

“Boleh itu jika dilirik, bisa mendapat apresiasi penghargaan saat perayaan hari jadi Kota Tasikmalaya,” ujarnya.

Baca juga: Sering Kekeringan, Warga di Purbaratu Tasikmalaya Ini Patungan Kelola Sanitasi Air Bersih

“Ini memang dari masyarakat untuk masyarakat program tuh, tanpa melibatkan stakeholder,” timpal Nana Purnama, LPM Kelurahan Singkup.

Ide dari kelola sanitasi air ini ternyata sudah muncul sejak 30 tahun lalu, bahkan saat air di wilayah itu masih melimpah.

“Setelah Galunggung meletus tahun 1982, nah mulai lah air bermasalah di sini,” kata Ketua Gapoktan Karya Mukti Singkup Purbaratu, Undang Sujana (Jenggo).

Awalnya, sanitasi air bersih ini diperuntukkan konsumsi pribadi, namun seiring dengan kondisi air yang terus berkurang, warga beralih untuk membeli ke pengelola air ini.

Baca juga: Wilayah Terkena Dampak Kekeringan di Ciamis Meluas Jadi Tiga Kecamatan

Sebelum ada sanitasi air ini, warga biasa menggunakan air dari Sungai Citanduy dan Sungai Cikalang untuk mandi.

Sanitasi Air Tidak Hanya Ada di Singkup

Kelola air secara mandiri ini tidak hanya dilakukan oleh warga Singkup, tetapi juga di wilayah lain.

Kendati demikian, sanitasi air Al-Ikhwan merupakan tempat yang menjajakan air dengan harga yang paling murah di antara yang lain yakni Rp 500 saja per 30 liter.

Air diambil dari Cibeureum, Margabakti yang berjarak satu kilo meter dari Singkup, membutuhkan pipa air yang cukup untuk mengalir sampai ke rumah warga.

Baca juga: Ratusan Hektare Lahan Pertanian di Kabupaten Garut Terdampak Kekeringan

“Paralonnya ge mungkin harus 1000 meter,” kata Pupung tergelak.

Pernah terjadi, pipa air yang digunakan warga tertimpa benda asing yang mengharuskan diperbaiki atau bahkan diganti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *