“Hari jadi Kota Tasikmalaya ini, sebetulnya pesta rakyat. Rakyat harus dilibatkan, keuntungan yang terjadi tidak hanya di lingkungan pemerintah saja. Kota ini dinobatkan sebagai paling termiskin, tidak hanya dari PAD tetapi miskin dari kesejahteraan masyarakatnya. Tidak ada salahnya, konser yang kemarin batal itu digelar kembali untuk mengobati rasa rindu para pecinta musik, khususnya fans GIGI. Ini juga sekaligus bentuk klarifikasi dari Pemkot yang bertanggung jawab total, akan gagalnya konser itu,” tuturnya.
Mengusung tema Asik dengan akronim Adaptif, Sinergi, Inovatif dan Kolaboratif, perayaan hari jadi ini diklaim mampu merangkul beragam komponen yang ada di Kota Tasikmalaya dan bukan sebatas uforia segelintir pihak saja.
“Tema Asik intinya itu, dalam rangkaian HUT kota tidak ada aktivitas yang sendirian. Sisi pertama kerakyatan, masyarakat kita ikutsertakan sebanyak mungkin, kemudian pada setiap kegiatan yang berlangsung selama Oktober,” kata Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah.
Baca Juga:Hati-Hati! Main Layang-Layang Sembarangan Bisa Berujung Denda atau Hukuman KurunganCiamis Selatan Rawan Karhutla, Dalam Sebulan Sudah Ada 10 Kejadian Kebakaran Lahan
Bahkan, kata dia, sebelum hajat dimulai pun Pemkot sudah menggandeng partisipasi para desainer untuk merancang logo HUT Kota Tasikmalaya ke-22 yang beberapa waktu lalu diumumkan pemenangnya.
Saat kegiatan berlangsung nanti pun, ia memastikan tidak akan ada kesan bahwa HUT hanya sebatas hajatan pemerintah saja.
“Contohnya helaran pun tak seperti sebelum-sebelumnya, dimana OPD-OPD yang tampil. Tapi OPD melebur ke masyarakat, ke kelurahan merangsang potensi setiap wilayah untuk tampilkan kreativitasnya masing-masing di helaran atau karnaval nanti,” kata dia menceritakan.
Cheka mengakui, selama ini HUT Kota Tasikmalaya khususnya pada helaran budaya, seolah-olah hanya milik pemerintah.
Dimana para pesertanya kebanyakan berasal dari kalangan OPD dan masyarakat hanya menonton.