Kerajinan Sapu Lidi Asal Kabupaten Pangandaran Diekspor ke India

sapu lidi
Pengrajin sapu lidi di Kecamatan Parigi. Kerajinan sapu lidi ini diekspor sampai ke negara India dan Pakistan. (Deni Nurdiansah/Radartasik.id)
0 Komentar

PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Kerajinan sapu lidi dari Kabupaten Pangandaran ternyata sudah diekspor sampai ke negara India dan Pakistan.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu pengrajin sapu lidi dari Dusun Kemplung Desa Karangbenda Kecamatan Parigi bernama Suryadi (56). Dia rutin melakukan ekspor ke negara di Asia Selatan tersebut.

Suryadi bercerita bahwa ia memulai bisnisnya itu sejak tahun 1998, dimana saat itu, ia melihat potensi luar biasa dari banyaknya pohon kelapa di Kabupaten Pangandaran.

Baca Juga:Ikutan Midnight Shoping Pelanggan Plaza Asia Ini Raih Hadiah MotorPenghargaan Rantang Pramuka: Kwarcab Pramuka Kota Tasikmalaya Raih Juara Favorit 1 se-Jabar

“Selain buahnya, daun kelapa juga bisa dimanfaatkan untuk membuat sapu lidi, kalau orang sini menyebutnya biting,” katanya kepada RadartasikID, Minggu, 31 Maret 2024.

Menurut Suryadi, awalnya dia menjual kerajinan sapu lidi ini, hanya di sekitar Parigi dan sekitarnya.

“Ada teman yang juga pengrajin sapu lidi, membukakan peluang mengirim sapu lidi ini ke Pakistan dan India. Kalau gunanya untuk nyapu,” ucapnya.

Kata dia, sekali mengirim barang ke Pakistan dan India, bisa sampai lima kontainer, atau ribuan ikat sapu lidi.

“Dalam sehari, kita bisa memproduksi 4 ribu sampai dengan 5.000 ikat sapu lidi, itu kalau lagi rame,” ungkapnya.

Selain ke luar negeri, ia juga sering mendapat orderan dari Jawa Tengah, seperti Solo, Klaten dan Pekalongan.

“Bahannya, kita ambil dari daerah pegunungan seperti Sidamulih, Sindangasari, Kalapa Genep. Biasanya dari tiap ranting,” jelasnya.

Baca Juga:Gudang Peluru Kodam Jaya Meledak, Ini Penjelasan Kapendam!Buka Gema Ramadan 2024, Ketua Kwarcab Pramuka Kota Tasikmalaya HM Yusuf Bilang Begini

Satu ikat sapu lidi ini, biasanya dijual dengan harga Rp 1.400 dan dia biasanya mendapat keuntungan Rp 2 juta, jika orderan sedang banyak.

“Saya punya setoran Rp 6 juta ke bank tiap bulan, Alhamdulilah bisa tertutupi,” katanya.

Dari bisnis ini, Suryadi bisa mendaftarkan anaknya menjadi TNI. Sementara anak keduanya bekerja di perusahaan swasta.

“Saat ini saya punya pegawai cuma tiga orang, tugas mereka hanya mengikat saja, dan kadang-kadang ikut memuat barang,” ujarnya. (Deni Nurdiansah)

0 Komentar