CIHIDEUNG, RADSIK – Persoalan pengelolaan sampah menjadi keprihatinan sejumlah warga Kota Tasikmalaya. Termasuk dari kalangan kelompok penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) yang kini aktif menjadi nasabah bank sampah Tugu Harapan.
Pendamping PKH Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Hendi Ruswandi SSos yang juga inisiator Bank Sampah Tugu Harapan menilai permasalahan sampah kini menjadi persoalan kompleks.
“Memerlukan penanganan semua pihak, tidak cukup dengan seremonial belaka, tetapi diperlukan aksi konkret,” ungkapnya saat peringatan World Cleaning Day (WCD) di Bank Sampah Tugu Harapan Kelurahan Tugujaya Kecamatan Cihideung, Selasa (20/9/22).
Baca Juga:Nama Puluhan Warga Garut Dicatut ParpolDibangunkan Rumah dan Dapat Pekerjaan
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Menurutnya, peran masyarakat dalam penanganan sampah menjadi faktor penting. Penyadaran masyarakat dalam budaya membuang sampah menjadi satu kunci keberhasilan penanganan sampah, terutama masalah sampah plastik yang sulit diurai. “Saat ini bisa kita lihat, ada sebagian masyarakat yang memang sudah tidak peduli dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan, bahkan spanduk yang berisi peringatan keras dan satire seolah tidak diindahkan,” keluh dia.
Di momen WCD yang diperingati setiap 17 September, mestinya menjadi pengingat dan refleksi. Sama-sama membangun sinergitas dan upaya penyadaran secara masif. Seperti yang sudah mereka buktikan, dimana 614 warga penerima manfaat PKH telah diedukasi bisa merubah kebiasaan membuang sampah dengan membangun bank sampah. Bermanfaat bagi lingkungan dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. “Jadi tidak cuma seremoni, tapi bahan refleksi supaya ke depan progres apalagi yang harus dilakukan dan sejauh ini upaya sudah sejauhmana,” tegas Hendi.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Ahmad Junaedi menyebut acara seremonial dalam penanganan sampah bukan tidak ada manfaatnya. Tetapi kegiatan yang sifatnya seremonial tanpa ada tindak lanjut kegiatan-kegiatan lain dengan konkret otomatis tidak akan maksimal. “Karena sifatnya hanya mengingatkan masyarakat, tidak solusi secara nyata dan berkesinambungan. Maka seremonial sebaiknya tidak simbolis saja, tapi ditindaklanjuti action nyata supaya ada perubahan dan progres nyata juga,” ujar dia. (igi)
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!