Kaya Aset

Kaya Aset
Dahlan ISkan
0 Komentar

Saya pun kembali membaca AD/ART NU dan Muhammadiyah. Rasanya, AD/ART NU lebih unggul: setidaknya dari segi panjangnya. Panjang sekali. Terdiri atas 330 halaman.

Pembukaannya saja 42 halaman: yang pakai tulisan Arab sebanyak 24 halaman, yang terjemahannya 18 halaman. Mungkin inilah AD/ART organisasi terpanjang di dunia.

Di mukadimah itu dimulai dengan satu kalimat dalam bahasa Arab yang menyatakan penghormatan kepada KH Hasyim Asy’ari. Beliau ulama besar, pendiri NU, dan rais akbar pertama.

Setelah itu, dibuka dengan tulisan Arab Bismillahirrahmaanirrahim.

Baca Juga:Mencari Peluang di Parpol BaruPeran Desa Sangat Penting

Alinea pertama pembukaan AD/ART NU itu mengutip ayat seperti yang biasa kita dengar dalam khotbah Jumat: ”Alhamdulillahilladzi anzala…”.

Alinea-alinea berikutnya berupa kutipan ayat-ayat Al-Qur’an. Sebanyak 34 ayat disertakan di pembukaan AD/ART NU itu.

Semua kalimat dalam tulisan dan bahasa Arab itu diterjemahkan di halaman-halaman berikutnya.

AD/ART Muhammadiyah hanya 76 halaman. Pasal pembukaannya hanya 2 halaman. AD/ART Muhammadiyah itu dibuat seperti susunan Al-Qur’an, setidaknya, pembukaannya sama: Surah Al-Fatihah. Lalu, diikuti tiga doa: ”Rodlitu billahi rabba…”, ”Wal takun minkum...”, dan ”Baldatun toyyibatun…”.

Dua organisasi besar Islam di Indonesia itu sama-sama berumur 100 tahun. Lebih tua daripada Republik Indonesia. Bahkan, organisasi Islam lainnya, Al-Irsyad, juga sangat tua: didirikan tahun 1914. Di Surabaya Al-Irsyad memiliki rumah sakit baru yang sangat modern. Sedang Persatuan Islam (Persis) berdiri tahun 1923.

Tentu Anda sudah tahu: NU dilahirkan di Surabaya. Di Jalan Bubutan. Inilah gerakan untuk menjaga ajaran ahlussunnah wal jamaah berdasar pendapat empat mazhab besar yang diakui di dunia Islam. Sedang Muhammadiyah awalnya adalah gerakan pemurnian ajaran Islam. Salah satu langkah pertamanya: membetulkan arah kiblat di Yogyakarta.

Gerakan itu memberikan penilaian bahwa Masjid Agung Keraton Yogyakarta tidak menghadap kiblat yang benar. Tidak menghadap ke Makkah. Maka, gerakan itu membangun masjid kecil tidak jauh dari Masjid Keraton. Kiblatnya dibuat benar secara ilmiah: pakai teknologi penunjuk arah.

Baca Juga:14 Kades Ontrog KPUNew Honda BeAT Makin Trendi

Hasilnya: masjid kecil itu dihancurkan rakyat yang tidak mau disalahkan begitu saja. Saya mendapat cerita tersebut dari Dr Sulthon Amin, tokoh besar Muhammadiyah Jatim.

0 Komentar