Kapolda Jawa Barat Sebut Penanganan Stunting Tak Cukup Lewat Seremonial

Penanganan stunting, kapolda jawa barat, asupan gizi
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Akhmad Wiyagus didampingi istri meninjau pemeriksaan kesehatan dalam acara Percepatan Penurunan Angka Stunting dari Polres Tasikmalaya Kota di Lapangan Cigeureung, Jumat (24/5/2024)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Penanganan stunting memerlukan gerakan yang berkelanjutan dan melibatkan berbagai unsur. Khususnya dari mulai masa kehamilan sampai dengan bayi masuk usia 2 tahun.

Hal itu disampaikan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Akhmad Wiyagus SIK MSi MM saat menghadiri acara Percepatan Penurunan Stunting di Lapangan Cigeureung Kota Tasikmalaya, Jumat (24/5/2024). Dijelaskannya penanganan stunting menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah saat ini. “Presiden kita bapak Joko Widodo sangat perhatian terhadap masalah percepatan penurunan stunting,” ungkapnya.

Dalam hal ini Kapolri pun memberikan perhatian khusus sehingga kepolisian ikut andil dalam menangani persoalan ini. Bahkan menjadikan salah satu indikator penilaian kinerja institusi. “Salah satu keberhasilan kinerja Polri itu adalah bagaimana peran polri dalam percepatan penuntasan stunting,” ucapnya

Baca Juga:2 Kandidat Pilkada Kota Tasikmalaya, Viman-Amin Berdampingan Melepas Santri KyokushinkaiPunya Ketua Baru, Pemuda Karang Taruna Kawalu Harus Lebih Maju

Tentunya polisi pun tidak bergerak sendiri, namun bersinergi dengan berbagai unsur dalam melakukan gerakannya. Pasalnya upaya ini memerlukan kerja bersama baik lintas institusi dan juga unsur masyarakat. “Bersama TNI tentunya, seluruh elemen masyarakat, pemerintah, alim ulama, tokoh pemuda,” ucapnya.

Secara teori, penanganan stunting pada dasarnya tidak begitu rumit, asalkan masyarakat sadar dan saling menyadarkan untuk menjaga asupan gizi. Karena penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi baik pada ibu hamil dan juga bayi yang sudah lahir. “Pemenuhan gizi berkualitas itu tidak selalu identik dengan biaya mahal,” terangnya.

Realitanya, masih ada masyarakat yang lalai atau kurang memperhatikan asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi. Contoh kasus dari hasil dia berinteraksi dengan warga di lokasi di mana anaknya tergolong mengonsumsi makanan secara semabrang. “Usia 4 tahun sama sekali tidak doyan makan nasi, jadi selama ini makannya mie,” ucapnya.

Selain itu kebiasaan orang tua yang merokok juga berpengaruh pada kondisi tubuh anak, apalagi dalam durasi waktu yang lama. Maka dari itu perhatian orang tua juga jadi salah satu kunci penanganan stunting. “Makanya semuanya ini benar-benar harus terlibat,” katanya.

Pihaknya mengapresiasi langkah Polres Tasikmalaya Kota yang sudah menyelenggarakan acara tersebut dalam upaya menurunkan stunting. Namun dirinya mengingatkan bahwa upaya yang dilakukan tidak cukup hanya sekali atau dua kali saja. “Tidak hanya cukup seremonial saja, setidak-tidaknya ini harus berkelanjutan,” katanya.

0 Komentar