Irigasi Tertimbun Longsor, 40 Hektare Sawah dan Kolam Ikan di Desa Tanjungkerta Kabupaten Tasikmalaya Tidak Te

sawah dan kolam ikan di Desa Tanjungkerta
Saluran Irigasi Bojong di Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya tertimbun material longsor pada Kamis, 25 April 2024. Sampai Rabu, 1 Mei 2024, material tanah belum dibersihkan sepenuhnya. (Istimewa)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Belasan titik lokasi saluran Irigasi Bojong di Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya tertimbun material longsor, Kamis 25 April 2024. Namun, sampai saat ini, Rabu, 1 Mei 2024, kondisinya belum diperbaiki.

Akibat kejadian ini, sekitar 40 hektare sawah dan kolam ikan di Desa Tanjungkerta tidak teraliri air dari saluran irigasi tersebut. Dampaknya, para petani terancam kerugian mencapai Rp 650 juta.

Perangkat Desa Tanjungkerta Ade Muslih mengatakan, kejadian longsor ini sudah terjadi beberapa hari lalu. Longsor terjadi setelah hujan deras yang melanda dengan intensitas lama. 

Baca Juga:Pascagempa, BMKG Peringatkan warga Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Bandung untuk Waspada Longsor dan Banjir Plafon Bangunan RSUD Singaparna Medika Citrautama Ambruk Usai Diguncang Gempa Garut

”Banyak lokasi di Tanjungkerta yang longsor. Dua halaman belakang rumah, beberapa titik di saluran irigasi dan satu lokal ruang kelas SD ambruk,” ujarnya kepada Radar, Rabu, 1 April 2024.

Ade menyebutkan, di semua kampung di Desa Tanjungkerta terdampak longsor. Hanya saja, yang paling parah di Kampung Bojongbenteng. 

Longsor di saluran irigasi kampung tersebut menyulitkan warga dan benar-benar berdampak besar. Sebab, banyak material tanah yang menutupi dan menggeser saluran irigasi yang ada.

”Apabila (pembersihan material longsor, red) dengan alat seadanya dan hanya mengandalkan tenaga masyarakat, mungkin perlu berbulan-bulan untuk kembali ke kondisi normal bisa dialiri air,” katanya.

Menurut dia, saluran irigasi tersebut sangat dibutuhkan oleh warga sekitar untuk mengairi kolam dan sawah. 

”Bagi kami untuk tanggap darurat kejadian bencana ini dianggap sangat lambat, mungkin karena tidak adanya korban jiwa. Padahal jika kondisi ini dibiarkan maka akan mengancam kekeringan yang berkepanjangan,” kata Ade.

Menurut dia, mungkin untuk rekonstruksi pascabencana dibutuhkan pengkajian dan perencanaan yang matang. Namun diharapkan untuk masa tanggap darurat pemerintah dapat secepatnya meninjau dan melihat langsung kondisi di lapangan.

Baca Juga:Lailaha Illallah, Gempa Bumi Kencang Sekali, Warga Cileungsing Kabupaten Tasikmalaya Berhamburan di Malam HariLuar Biasa, Pakai CBR250RR, Pembalap Binaan AHM Kibarkan Merah Putih di ARRC China

”Dengan begitu mungkin dapat mengambil langkah yang tepat dan cepat dalam mengevakuasi material longsoran sehingga irigasi dapat berfungsi. Meskipun hanya sementara, sampai ada pembangunan yang permanen lagi,” ujarnya.

Saat ini, masyarakat dihadapkan pada tumpukan tanah yang sangat banyak menutupi sepanjang kurang lebih 300 meter dengan ketinggian bervariasi, mulai 2-8 meter. Belum lagi adanya akar pohon dan rumpun bambu yang amblas dan bergeser menutupi saluran air.

0 Komentar