Harus Dikaji Jika Dirutinkan

Harus Dikaji Jika Dirutinkan
0 Komentar

CIHIDEUNG, RADSIK – Wacana meramaikan ruang publik di Pedestrian Cihideung melalui kuliner setiap akhir pekan harus melalui kajian komprehensif. Sebab, saat ini persoalan yang tim­bul dampak penataan HZ Mustofa dan Cihideung pun belum sepenuhnya teratasi.

Pemerhati Sosial Tasikmalaya Asep Wawan Kurniawan menuturkan, apabila bakal dijadikan Cihideung Kuliner pasca pementasan rangkaian Hari Ulang Tahun Kota Tasikmalaya akhir pekan ini, mesti diperhatikan dampak yang akan ditimbulkan, terutama masalah kemacetan dan menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) di sekitaran lokasi. “Harus dilihat dampak ke depannya, orientasi harus jelas. Kita khawatir malah mengundang menjamurnya PKL,” kata Asep kepada Radar, Jumat (28/10/2022).

Menurutnya, Kota Resik sudah terlalu crowded di beberapa ruas jalan yang digunakan agenda kuliner akhir pekan. Kalau pun para pedagang yang nanti bakal ikut serta memeriahkan di Cihideung Fest ingin berkelanjutan, sebaiknya pemkot menimbang agar terukur.

Baca Juga:Kado Istimewa Teater 28Pelajar Perlu Pencerahan Politik 

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

“Kontan akan menjadi titik kemacetan baru, perebutan lahan parkir baru, kemudian kontribusi terhadap PAD juga kelihatannya tidak akan signifikan,” ungkap dia.

Sementara itu, pengunjung di Jalan Cihideung Nindya Nuralfiah (35) mengakui dua ruas di pusat kota saat ini menjadi ikon baru untuk dikunjungi. Kalau pun sesekali mengadakan event di lokasi tersebut, tentu akan menjadi hal lumrah. “Cuma kalau jadi rutin agak repot juga. Malah khawatir nanti ada lagi pedagang yang menetap permanen, sekarang kan sudah lebih tertib dan nyaman,” khawatirnya.

Pengendara di Jalan HZ Mustofa Rasyid Munandar (44) mengakui perlunya pusat kota yang saat ini berubah menjadi ruang publik untuk diramaikan. Selagi pengaturan dan ketegasan pemerintah bisa diteguhkan, disusul kedisiplinan pegiat, pedagang dan pengunjung. Sah-sah saja di area pedestrian memiliki event rutin.

“Asalkan komitmen pihak-pihak yang terlibat bisa istikomah saja, tentu semua berlangsung tertib. Kalau jadi tempat jualan permanen kan sayang juga, kondisi sudah pangling, pemilik toko juga sudah nyaman kelihatannya,” usul dia. (igi)

[/membersonly]

Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!

0 Komentar