TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Para dosen perwakilan LPPM Unsil melatih ibu-ibu jadi penghasil rupiah. Yakni dengan pelatihan mendaur ulang barang bekas menjadi kerajinan bernilai ekonomi.
Pasca pandemi covid-19, sektor ekonomi di berbagai daerah masih belum stabil. Perlu sebuah upaya atau gerakan agar roda perekonomian di masyarakat kembali pulih.
Berkaitan dengan hal itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Siliwangi melakukan pelatihan daur ulang kardus bekas. Sasarannya adalah ibu-ibu yang tergabung dalam Tasikmalaya Creative Innovative and Committee (TCIC).
Baca Juga:Kerugian Matahari Tasikmalaya Akibat Kebakaran, Begini Penjelasan ManajemenMatahari Dept Store Tasikmalaya Kebakaran
Pada kegiatan yang berlokasi di Gedung Creative Center (GCC) tersebut, tenaga pengajar dari Unsil melatih pembuatan kerajinan dari kardus bekas. Salah satunya yakni buket yang saat ini cukup tren sebagai persembahan atau hadiah.
Penyelenggara pelatihan Lucky Radi Rinandiyana SE MSI mengatakan bahwa hasil analisanya Kota Tasikmalaya memiliki potensi di bidang ekonomi kreatif. Maka dari itu pihaknya ingin mendorong masyarakat untuk bisa memanfaatkan barang bekas menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.
“Salah satunya bikin handycraft yang bisa dijual di event-event tertentu seperti wisuda atau ulang tahun,” ucapnya.
Dosen Manajemen FE Unsil itu menyadari bahwa pelatihan yang dilakukan masih terbilang skala kecil. Namun hal ini baru langkah awal yang masih bisa dikembangkan ke depannya agar para peserta ibu-ibu jadi penghasil rupiah. “Kami harap ini berkesinambungan ke depannya,” ucapnya.
Pemanfaatan barang bekas atau daur ulang merupakan konsep yang sudah terbangun lama hanya saja sedikit yang mau mengambil peluang ekonomi itu. Namun dia punya kepercayaan bahwa ke depan kesadaran mengenai ekonomi kreatif ini bisa tubuh seiring tren dan kebutuhan.
“Akan jadi tren di masa yang akan datang, kita lihat di era society 5.0 ini yang diharapkan itu proses menjaga lingkungan,” ucapnya.
Untuk itulah pengetahuan diperlukan agar masyarakat bisa mengambil peluang di setiap event atau momentum khusus. Supaya masyarakat bisa memilah mana sampah yang bisa didaur ulang. “Di kita kan kadang-kadang sampah itu masih dicampur-campur,” ucapnya.