Diskon Susu Formula Hilang, Ibu-Ibu Menyusui Asal Tasikmalaya Protes Kebijakan Presiden, Biaya Melambung

diskon susu formula
Ela Rosita, seorang ibu menyusui asal Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, saat bersama anaknya, Rabu, 31 Juli 2024. (Ayu Sabrina B/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Ketika pemerintah melarang diskon susu formula, suara-suara dari kalangan ibu menyusui pun muncul. Banyak yang merasa kebijakan ini tidak adil. Bagaimana nasib mereka yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif?

Sebagaimana diberitakan, dalam upaya untuk meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan yang melarang produsen atau distributor susu formula bayi memberikan diskon kepada pembeli. 

Aturan tersebut dimaksudkan untuk mencegah hambatan terhadap pemberian ASI eksklusif, sesuai dengan UU Kesehatan yang baru diundangkan. Namun, kebijakan ini mendapat reaksi beragam dari masyarakat, terutama di kalangan ibu-ibu menyusui yang merasa keberatan.

Baca Juga:Prediksi Maccabi Tel Aviv vs FCSB di Liga Champions 2024: Sama-Sama Punya Harapan MelajuPrediksi FC Midtjylland vs UE Santa Coloma di Liga Champions 2024: Menjamu Tamu yang Banyak Beban

Ela Rosita (30), seorang ibu dengan tiga buah hati, asal Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, menghadapi masalah dalam menyusui anak bungsunya. 

Meskipun telah memberikan ASI secara optimal, berat badan anaknya menurun dari 3,8 kilogram menjadi 3 kilogram. Setelah berkonsultasi dengan dokter anak, Ela memutuskan untuk beralih ke susu formula karena merasa bahwa ASI tidak memberikan gizi yang cukup untuk pertumbuhan anaknya.

Ela mencatat bahwa setelah menggunakan susu formula, berat badan anaknya naik 4 ons dalam seminggu. Namun, dia harus mengganti merek susu beberapa kali untuk menemukan yang cocok, yang menambah beban biaya. 

Setiap 100 gram susu formula biasanya habis dalam 4 hingga 7 hari, dan Ela perlu membeli empat kaleng susu formula setiap bulan dengan harga sekitar Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kaleng. Dengan biaya yang semakin meningkat, Ela merasa terbebani secara finansial.

Kebijakan pemerintah yang melarang diskon susu formula bertujuan untuk mendorong pemberian ASI eksklusif, tetapi Ela berpendapat bahwa diskon pada susu formula sangat diperlukan. 

Menurut dia, banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif bukan karena keengganan, tetapi karena situasi yang tidak memungkinkan, seperti yang dia alami sendiri. 

Ela merasa bahwa diskon susu formula dapat membantu keluarga yang membutuhkan alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mereka.

0 Komentar