Dinkes Pangandaran Temukan 300 Kasus Leptospirosis, 20 Orang Meninggal

PANGANDARAN, RADSIK – Dinkes Pangandaran menemukan 300 kasus leptospirosis di Kabupaten Pangandaran selama tahun 2022. Dari jumlah itu, 20 di antaranya meninggal dunia.

Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Pangandaran Aang Syafeurahmat mengatakan, kasus leptospirosis mayoritas menimpa petani.

“Ada 300 temuan penyakit ini di Kabupaten Pangandaran, 20 di antaranya meninggal akibat leptosperosis,” ungkap Aang, Sabtu 11 Maret 2023.

Baca Juga: WNA Asal Belgia Betah di Pangandaran, Sudah Fasih Berbahasa Sunda

Temuan kasus itu, kata Aang Syaefurahmat, baru ada di Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Tasikmalaya. “Sementara daerah lain baru indikasi,” ucapnya.

Menurutnya, dalam upaya penanganan leptospirosis, Pemkab Pangandaran menjadikan RSUD Pandega Pangandaran sebagai sentinel (terfokus pada kegiatan leptospirosis yang harus jadi rujukan puskesmas lain).

“Selain itu, sentinel juga di Puskesmas Kalipucang dan Puskesmas Cijulang. Sentinel itu ada kegiatan deteksi pengobatan dan pengendalian vektor virusnya,” katanya.

Baca Juga: Duta Baca Pangandaran Akan Bersaing di Jawa Barat, Siapa Saja Mereka?

Bakteri Leptospira Jadi Penyebab

Sebetulnya, kata dia, bakteri adalah penyebab penyakit tersebut, sehingga penyembuhannya bisa memakai antibiotik.

“Yang menyebabkan kematian akibat kencing tikus itu karena sudah fase sudah weil’s disease. Adapun ciri-ciri tubuh yang sudah parah jika sudah berwarna kuning, melakukan cuci darah,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *